WARKOP DKI
Warkop atau sebelumnya Warkop Prambors, juga kemudian dikenal sebagai
Trio DKI adalah grup lawak yang dibentuk oleh Nanu (nama asli Nanu
Mulyono), Rudy Badil, Dono (Wahjoe Sardono), Kasino (Kasino Hadiwibowo)
dan Indro (Indrodjojo Kusumonegoro). Nanu, Rudy, Dono dan Kasino adalah
mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Jakarta sedangkan Indro kuliah di
Universitas Pancasila Jakarta. Mereka pertama kali meraih kesuksesan
lewat acara Obrolan Santai di Warung Kopi yang merupakan garapan dari
Temmy Lesanpura, Kepala Bagian Programming Radio Prambors. Acara lawakan
setiap Jumat malam antara pukul 20.30 hingga pukul 21.15, disiarkan
oleh radio Prambors yang bermarkas di kawasan Mendut, Prambanan,
Borobudur, alias Menteng Pinggir.
Dalam acara itu, Rudi Badil dalam obrolan sering berperan sebagai Mr.
James dan Bang Cholil. Indro yang berasal dari Purbalingga berperan
saebagai Mastowi (orang Tegal), Ubai (orang Ansori). Kasino yang asli
Gombong perannya bermacam-macam: Mas Bei (orang Jawa), Acing/Acong
(orang Tionghoa), dan Buyung (orang Padang). Nanu yang asli Madiun
sering berperan sebagai Tulo (orang Batak). Dono sendiri hanya berperan
sebagai Mas Slamet (orang Jawa).
Sejarah berdirinya warkop
Ide awal obrolan Warkop Prambors berawal dari dedengkot radio Prambors,
Temmy Lesanpura. Radio Prambors meminta Hariman Siregar, dedengkot
mahasiswa UI untuk mengisi acara di Prambors. Hariman pun menunjuk
Kasino dan Nanu, sang pelawak di kalangan kampus UI untuk mengisi acara
ini. Ide ini pun segera didukung oleh Kasino, Nanu, dan Rudy Badil, lalu
disusul oleh Dono dan Indro.
Rudy yang semula ikut Warkop saat masih siaran radio, tak berani ikut
Warkop dalam melakukan lawakan panggung, karena demam panggung (stage
fright). Untuk hal itu, Rudy mengaku “Pernah sekali saya coba di
panggung TIM, saya menyadari bahwa saya tidak mampu. Setelah itu ya
nggak usah saja,”
Dono pun awalnya saat manggung beberapa menit pertama mojok dulu, karena
masih malu dan takut. Setelah beberapa menit, barulah Dono mulai ikut
berpartisipasi dan mulai kerasan, hingga akhirnya terus menggila hingga
akhir durasi lawakan. Indro adalah anggota termuda, saat anggota Warkop
yang lain sudah menduduki bangku kuliah, Indro masih pelajar SMA.
Pertama kali Warkop muncul di pesta perpisahan (kalau sekarang prom
nite) SMP IX yang diadakan di Hotel Indonesia. Semua personil gemetar,
alias demam panggung, dan hasilnya hanya bisa dibilang lumayan saja,
tidak terlalu sukses. Namun peristiwa di tahun 1976 itulah pertama kali
Warkop menerima honor yang berupa uang transport sebesar Rp 20.000. Uang
itu dirasakan para personil Warkop besar sekali, namun akhirnya habis
untuk menraktir makan teman-teman mereka.
Berikutnya mereka manggung di Tropicana. Sebelum naik panggung, kembali
seluruh personel komat-kamit dan panas dingin, tapi ternyata hasilnya
kembali lumayan.
Baru pada acara Terminal Musikal (asuhan Mus Mualim), grup Warkop
Prambors baru benar-benar lahir sebagai bintang baru dalam dunia lawak
Indonesia. Acara Terminal Musikal sendiri tak hanya melahirkan Warkop
tetapi juga membantu memperkenalkan grup PSP (Pancaran Sinar Petromaks),
yang bertetangga dengan Warkop. Sejak itulah honor mereka mulai
meroket, sekitar Rp 1.000.000 per pertunjukan atau dibagi empat orang,
setiap personil mendapat no pek go ceng (Rp 250.000).
Mereka juga jadi dikenal lewat nama Dono-Kasino-Indro atau DKI (yang
merupakan pelesetan dari singkatan Daerah Khusus Ibukota). Ini karena
nama mereka sebelumnya Warkop Prambors memiliki konsekuensi tersendiri.
Selama mereka memakai nama Warkop Prambors, maka mereka harus mengirim
royalti kepada Radio Prambors sebagai pemilik nama Prambors. Maka itu
kemudian mereka mengganti nama menjadi Warkop DKI, untuk menghentikan
praktek upeti itu.
Personil
Dari semua personil Warkop, mungkin Dono lah yang paling intelek, walau
ini agak bertolak belakang dari profil wajahnya yang ‘ndeso’ itu. Dono
bahkan setelah lulus kuliah menjadi asisten dosen di FISIP UI tepatnya
jurusan Sosiologi. Dono juga kerap menjadi pembawa acara pada acara
kampus atau acara perkawinan rekan kampusnya. Kasino juga lulus dari
FISIP. Selain melawak, mereka juga sempat berkecimpung di dunia pencinta
alam. Hingga akhir hayatnya Nanu, Dono, dan Kasino tercatat sebagai
anggota pencinta alam Mapala UI.
Era Film
Setelah puas manggung dan mengobrol di udara, Warkop mulai membuat
film-film komedi yang selalu laris ditonton oleh masyarakat. Dari
filmlah para personil Warkop mulai meraup kekayaan berlimpah. Dengan
honor Rp 15.000.000 per satu film untuk satu grup, maka mereka pun
kebanjiran uang, karena hampir tiap tahun mereka membintangi satu film
di dekade 1980-an. Malah beberapa tahun ada dua film Warkop sekaligus.
Era Televisi
Dalam era televisi swasta dan menurunnya jumlah produksi film, DKI pun
lantas memulai serial televisi sendiri. Serial ini tetap dipertahankan
selama beberapa lama walaupun Kasino tutup usia di tahun 1997. Setelah
Dono juga meninggal di tahun 2001, Indro menjadi satu-satunya personel
Warkop. Sedangkan Nanu sudah meninggal tahun 1983 karena sakit liver dan
dimakamkan di TPU Tanah Kusir Jakarta.
Proses kreatif
Kelebihan Warkop dibandingkan grup lawak lain, adalah tingkat kesadaran
intelektualitas para anggotanya. Karena sebagian besar adalah mahasiswa
(yang kemudian beberapa menjadi sarjana), maka mereka sadar betul akan
perlunya profesionalitas dan pengembangan diri kelompok mereka.
Ini dilihat dari keseriusan mereka membentuk staf yang tugasnya membantu
mereka dalam mencari bahan lawakan. Salah satu staf Warkop ini kemudian
menjadi pentolan sebuah grup lawak, yaitu Tubagus Dedi Gumelar alias
Miing Bagito.
Saat itu Miing mengaku bahwa ia ingin sekali menjadi pelawak, dan
kebetulan ia diterima menjadi staf Warkop. Kerjanya selain mengumpulkan
bahan lawakan, melakukan survei lokasi (di kota atau daerah sekitar
tempat Warkop akan manggung), kalau perlu melakukan pekerjaan pembantu
sekalipun seperti menyetrika kostum para personil Warkop. Ini dilakukan
Miing dengan serius, karena ia sadar disinilah pembelajaran
profesionalitas sebuah kelompok lawak. Miing sempat ikut dalam kaset
warkop dan film warkop, sebelum akhirnya membentuk kelompok lawak
sendiri bersama Didin (saudaranya) dan Hadi Prabowo alias Unang yang
diberi nama Bagito (alias Bagi Roto).
Sumber Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Judul judul filmnya :
01. Mana Tahaaan… (1979) bersama Elvy Sukaesih, Rahayu Effendi
02. Gengsi Dong (1980) bersama Camelia Malik
03. Pintar Pintar Bodoh (1980) bersama Eva Arnaz, Debby Cynthia Dewi, Dorman Borisman, dan Dana Christina
04. GeEr - Gede Rasa (1980) bersama Dorman Borisman, Ita Mustafa, dan Itje Trisnawati
05. Manusia 6.000.000 Dollar (1981) bersama Eva Arnaz dan Dorman Borisman
06. IQ Jongkok (1981) bersama Enny Haryono, Marissa Haque, dan Alicia Djohar
07. Setan Kredit (1981) bersama Minati Atmanegara dan Alicia Djohar
08. Dongkrak Antik (1982) bersama Meriam Bellina, Mat Solar, dan Pietrajaya Burnama
09. Chips (1982) bersama Sherly Malinton, Tetty Liz Indriati dan Chintami Atmanegara
10. Maju Kena Mundur Kena (1983) bersama Eva Arnaz, Lydia Kandou, Us Us
11. Pokoknya Beres (1983) bersama Eva Arnaz, Lydia Kandou, Us Us, dan Nourma Yunita
12. Itu Bisa Diatur (1984) bersama Ira Wibowo, Lia Warokka, dan Aminah Cendrakasih
13. Tahu Diri Dong (1984) bersama Eva Arnaz, Lydia Kandou, Aminah Cendrakasih, Wieke Widowati dan Us Us.
14. Kesempatan Dalam Kesempitan (1985) bersama Lydia Kandou, Nena
Rosier, Leily Sagita, Lia Warokka, Lina Budiarti, Kaharuddin Syah, dan
Fanny Bauty.
15. Gantian Dong (1985) bersama Ira Wibowo, Lia Warokka, Chintami
Atmanegara, Leily Sagita, Wieke Widowati, dan Advent Bangun
16. Atas Boleh Bawah Boleh (1986) besama Eva Arnaz, Dian Nitami, dan Wolly Sutinah
17. Sama Juga Bohong (1986) bersama Ayu Azhari, Nia Zulkarnaen, dan Chintami Atmanegara
18. Depan Bisa Belakang Bisa (1987) bersama Eva Arnaz dan HIM Damsyik
19. Makin Lama Makin Asyik (1987) bersama Meriam Bellina dan Timbul
20. Saya Suka Kamu Punya (1987) bersama Doyok
21. Jodoh Boleh Diatur (1988) bersama Raja Ema, Silvana Herman, Yurike Prastika, Ira Wibowo, dan Nia Zulkarnaen
22. Malu-Malu Mau (1988) bersama Nurul Arifin dan Sherly Malinton
23. Godain Kita Dong (1989) bersama Liza Patzy, Ida Kusumah dan Tarsan
24. Sabar Dulu Doong…! (1989) bersama Anna Shirley dan Eva Arnaz
25. Mana Bisa Tahan (1990) bersama Nurul Arifin dan Sally Marcellina
26. Sudah Pasti Tahan (1991) bersama Nurul Arifin dan Sally Marcellina
27. Bisa Naik Bisa Turun (1991) bersama Kiki Fatmala dan Sally Marcellina
28. Lupa Aturan Main (1991) bersama Eva Arnaz, Fotunella, Hengky Solaiman
29. Masuk Kena Keluar Kena (1992) bersama Kiki Fatmala, Fortunella dan Sally Marcellina
30. Salah Masuk (1992) bersama Gitty Srinita dan Angel Ibrahim
31. Bebas Aturan Main (1993) bersama Lella Anggraini, Gitty Srinita dan Diah Permatasari
32. Bagi-Bagi Dong (1993) bersama Kiki Fatmala dan Inneke Koesherawati
33. Saya Duluan Dong (1994) bersama Diah Permatasari, Gitty Srinita, dan HIM Damsyik
34. Pencet Sana Pencet Sini (1994) bersama Sally Marcellina dan Taffana Dewi
link download film : http://forum.indowebster.com/showthread.php?t=21574
Rabu, 17 Oktober 2012
Jumat, 05 Oktober 2012
wisata banjarmasin
Obyek-obyek Wisata
Kebanggan "Urang Banua"
MASJID
Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin adalah masjid kebanggan masyarakat
Kalsel, lebih khusus warga Banjarmasin. Masjid terbesar di Kalimantan
Selatan ini terletak di Jalan Jenderal Sudirman Banjarmasin, tak jauh
dari Kantor Gubernur Kalsel.
Masjid
ini didirikan di atas tanah seluas 100 ribu meter, di tempat bekas
Komplek Asrama Tentara Tatas yang pada zaman kolonial Belanda dikenal dengan sebutan Benteng Tatas.
Untuk diketahui, Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin mulai dibangun pada 10 November 1974 hingga, Oktober 1979.
Nama
"Sabilal Muhtadin" dipilih sebagai penghormatan kepada ulama besar
Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (1710-1812 M) yang selama hidupnya
memperdalam dan mengembangkan agama islam di Kalimantan Selatan (dahulu
Kerajaan Banjar, red). Dimana, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari adalah
penulis kitab Sabilal Muhtadin.
Berdasarkan
data yang tertulis di sebuah buku berjudul South Kalimantan (Borneo),
disebutkan bahwa bangunan masjid terdiri atas bangunan utama dengan luas
5.250 meter dan lima bangunan menara. Satu dari lima menara itu
memiliki tinggi 45 meter. Sementara lainnya, hanya 21 meter.
Salah
satu kubah bangunan utama bergaris tengah 38 meter yang terbuat dari
aluminium sheet kalcolour berwarna keemasan. Sekeliling masjid dihiasi
kaligrafi bertuliskan ayat-ayat Al Qur'an dan Asmaul Husna yang terbuat
dari bahan tembaga.
Demikian pula dengan pintu dan jendela yang dihiasi relief ukiran khas Banjar. Namun, tentunya tidak untuk lantai dan dinding masjid. Karena, lantai dan dindingnya terbuat dari marmer.
Sebagai
masjid terbesar, Masjid Raya Sabilal Muhtadin seringkali dijadikan
sebagai pusat kegiatan keislaman. Hampir setiap harinya ada pengajian.
Namun,
pengajian yang paling banyak didatangi jamaah adalah pengajian KH Ahmad
Bakeri atau yang lebih akrab dipanggil Guru Bakeri setiap Jum'at malam,
serta pengajian Guru Juhdi setiap Kamis malam.
Perlu
diketahui, pada Ramadan 1426, 2005 lalu, Masjid Raya Sabilal Muhtadin
dijadikan sebagai tempat pelaksanaan peringatan Nuzulul Qur'an yang
dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.
Masjid
Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin juga sering kedatangan dai-dai
kondang. Seperti Ustadz Jefri Al Buchori, Ustadz Ariffin Ilham, Aa Gym,
Ustadz Yusuf Mansur, Ustadz Haddad Alwi, dan banyak lagi. (khai_ril)
Pasar Terapung, Pasar yang Terapung
Jika berangkat dari pusat kota dengan menggunakan perahu mesin atau yang biasa disebut Klotok, diperlukan waktu sekitar 45 menit untuk menuju pasar yang berada di aliran Sungai Barito tersebut.
Selain dilakukan di atas aliran sungai (perahu, red), kekhasan pasar ini adalah waktu transaksinya yang berkisar dari pukul 05.00 Wita hingga pukul 09.00 Wita. Apabila lewat dari jam tersebut, maka sudah dapat dipastikan bahwa pasar bakal sepi. Karena, setelah pukul 09.00 Wita tersebut, para pedagang akan berpencar, menyusuri sungai-sungai kecil, untuk menjual barang dagangnya ke penduduk yang rumahnya berada di bantaran sungai.
Banyak yang diperjualbelikan. Mulai dari sayur-mayur, bahan kerajinan, buah-buahan, dan banyak yang lainnya. Bagi Anda yang hanya ingin bersantai, Anda pun bisa menikmati secangkir teh atau kopi, plus makanan/ kue khas Banjar, sembari menikmati goyangan ombak yang menerpa klotok yang Anda tumpangi.
Pulau Kembang, Pulaunya Kelompok Kera
SEBAGAIMANA
yang disinggung di atas, tak jauh dari Pasar Terapung, terdapat satu
tempat wisata khas lain di Kota Banjarmasin ini. Tempat wisata yang
dimaksud adalah Pulau Kembang yang dihuni ratusan bahkan ribuan kera.
Untuk
menuju Pulau yang satu ini, Anda tak bisa menggunakan kendaraan darat.
Karena, yang namanya pulau tentu di kelilingi oleh air. Oleh karenanya,
untuk bisa mencapai pulau tersebut, Anda lagi-lagi harus menggunakan
klotok.
Kalau
dari Pasar Terapung, mungkin hanya memakan waktu 10 menit untuk sampai
ke pulau tersebut. Sehingga tak jarang, kunjungan ke Pasar Terapung,
selalu dirangkaikan dengan kunjungan ke Pulau Kembang.
Pulau
Kembang merupakan hutan wisata dengan luas sekitar 60 hektar. Selain
dihuni kera-kera yang akrab dengan manusia (meski terkadang ada juga
yang tak bersahabat), jika Anda beruntung, maka Anda juga bisa menjumpai
jenis kera khas Kalimantan Selatan, yakni Kera Bekantan, si pemalu
berhidung mancung, dengan bulu badan berwarna pirang.
Sekadar
diketahui, Pulau Kembang merupakan salah satu tempat favorit etnis
Cina. Latar belakangnya adalah kepercayaan etnis tersebut yang apabila
memberi banyak makanan kepada kera-kera di Pulau Kembang itu, maka orang
yang bersangkutan bakal mendapatkan rejeki yang berlimpah.
Bagi Anda yang ingin berkunjung ke tempat yang satu ini, mohon diperhatikan hal-hal berikut :1. Siapkan makan-makanan ringan seperti kacang kulit dan sebagainya untuk pakanan para kera.
2. Jangan membawa tas, atau sejenisnya. Karena, tas atau barang bawaan Anda bisa jadi direbut oleh sekelompok kera dan dibawanya kabur. Kendati demikian, bukan berarti Anda bisa menaruhnya sembarangan di dalam klotok. Karena, klotok juga bisa dinaiki para kera, hingga tas Anda juga akan "diobrak-abriknya". Jadi, taruhlah barang bawaan Anda di di tempat yang aman dan tersembunyi, yang tidak mudah dijangkau oleh kera-kera yang berseliweran.
3. Siapkan pula sejumlah uang (terserah uang kecil atau pun besar). Karena, di lokasi wisata tersebut cukup banyak peminta-minta. Jadi, itung-itung bersedekah sembari berwisata gitu lah...
Akhirnya, selamat bernostalgia dengan kera-kera he...he... Ingat-ingat teman seperjalanan Anda, karena, bisa saja tertukar dengan tuh kera...he...
(khairil/ sumber : Visitors Guide Book South Kalimantan 1991)
Museum Waja Sampai Kaputing
Arsitekturnya khas Banjar....
MUSEUM Wasaka (Waja Sampai Kaputing) terletak di Jalan Sultan Adam Komplek H Andir, Kampung Kenanga Ulu RT 14 Kelurahan Sungai Jingah, Kecamatan Banjarmasin Utara.
Museum ini terletak di tepian
sungai, berdampingan dengan kokohnya sebuah jembatan yang panjang lagi
besar, yang bernama Jembatan 17 Mei, atau lebih di kenal dengan Jembatan
Banua Anyar.
Di museum yang diresmikan pada 10 November 1991 ini, terdapat kurang lebih 400 benda bersejarah di periode Perang Kemerdekaan.
Menurut
salah seorang penjaga museum, sebetulnya banyak koleksi lain yang
merupakan peninggalan Perang Banjar, Perintis Kemerdekaan, Perang
Kemerdekaan, Pengisian Kemerdekaan, hingga periode Orde Baru.
Namun,
karena tempat atau museumnya tidak memadai, terpaksa yang ditampilkan
hanya koleksi benda-benda di periode Perang Kemerdekaan, sebagaimana
yang disebutkan di atas tadi.
Beberapa
benda yang bisa dilihat di museum ini antara lain berbagai jenis
senjata yang digunakan pejuang Banjar di masa revolusi fisik tahun
1945-1949. Seperti tombak, mandau, senapan, dan mortir.
Hal
lainnya, kita bisa melihat sebuah meja beserta empat buah kursi yang
konon dulunya digunakan sebagai tempat pejuang Kalsel untuk
bermusyawarah.
Di
sekitar kursi tersebut, tepatnya di dinding di sekeliling kursi,
terdapat deretan foto gubernur, mulai dari gubernur yang paling pertama,
hingga yang menjabat sekarang.
Kunjungan beberapa siswa di museum wasaka...
Di
museum yang dibangun dengan arsitektur khas Banjar ini juga terdapat
daftar organisasi yang pernah berjuang menentang pemerintahan penjajah
seperti Lasykar Hasbullah yang bermarkas di Martapura, Barisan Pemuda
Republik Indonesia Kalimantan yang bermarkas di Banjarmasin, serta yang
lainnya. Krmudian ada peta Kalimantan Selatan yang dilengkapi dengan
bebera foto masyarakat adat di daerah masing-masing, struktur organisasi
perjuangan gerilya Kalsel menuju Pemerintahan Gubernur Tentara ALRI,
serta benda-benda bersejarah lain seperti mesin tik kuno, kamera,
cermin, dan sebagainya.
Tak
ketinggalan sebuah sepeda kuno yang katanya sewaktu jaman penjajahan
dulu, digunakan untuk mengirimkan surat dengan memasukkan lembaran surat
tersebut ke dalam badan sepeda agar tidak ketahuan kolonial Belanda.
Ingin tahu bagaimana isi sesungguhnya. Silakan bertandang. (khai_ril)
sumber : http://banjarmasinkoe.blogdrive.com/archive/4.html
Objek Wisata Kalimantan Selatan
Profil Objek Wisata Kalimantan Selatan
A. Kota Banjarmasin
1. Goa Batu Hapu
1. Pantai Swarangan
Propinsi
Kalimantan Selatan Ibukotanya Kota Banjarmasin dan wilayah ini banyak
dilalui sungai besar dan sungai kecil (kanal). Banyak sekali kegiatan
masyarakat yang dilakukan di sungai termasuk kegiatan perdagangan yang
dikenal dengan pasar terapung. Penduduk kota Banjarmasin masih banyak
yang tinggal di atas air. Rumah-rumah penduduk dibangun diatas tiang
atau diatas rakit dipinggir sungai.
Budaya sungai terus berkembang, memberikan corak
budaya tersendiri dan menarik. Salah satu kegiatan wisata paling menarik
di kota Banjarmasin adalah berjalan-jalan menyusuri sungai dan kanal.
Daerah pinggiran kota pemandangan alam sungainya masih asli dan
wisatawan dapat menyusuri sepanjang sungai Martapura dan sungai Barito
dengan menggunakan perahu Klotok dan Speedboat. Pusat Kota Banjarmasin
terletak di sepanjang jalan Pasar Baru, sementara kawasan perkantoran
khususnya Bank terdapat di jalan Lambung Mangkurat. Sungai Barito berada
di sebelah Baratnya dari pusat kota.
Sebagian
besar kegiatan masyarakat di Banjarmasin terjadi sungai atau disekitar
sungai. Oleh karena itu sangatlah menarik menyaksikan kehidupan Kota
dari tengah sungai. Wisatawan dapat menyewakan perahu motor yang mangkal
di tepi sungai dengan tarif sekitar Rp. 75.000 per jam guna memulai
perjalanan menyusuri sungai melewati sejumlah lokasi penarikan dengan
waktu tempuh dua hingga tiga jam.
Perjalanan di
mulai dengan melewati Mesjid Raya Sabilal Muhtadin menuju kepasar kuin
dimana air sungai Kuin mengalir menuju sungai Barito. Wisatawan dapat
juga singgah di Pulau Kembang dan kemudian melanjutkan perjalanan
melalui penggergajian kayu di sungai Alalak dan kembali ke Pusat Kota
melalui Sungai Andai.
Pasar Terapung adalah pasar
tradisional yang sudah ada sejak dulu dan merupakan refleksi budaya
sungai orang Banjar. Pasar yang khas lagi unik ini tempat melakukan
transaksi di atas air dengan menggunakan perahu besar maupun kecil yang
berdatangan dari berbagai pelosok. Pasar Terapung hanya berlangsung pada
pagi hari sekitar jam 05.00 hingga 09.00 setiap hari. Dan dengan perahu
Klotok dari Kota Banjarmasin dapat dicapai sekitar 30 menit.
Wisatawan
harus datang pagi-pagi untuk dapat melihat kesibukan Pasar Terapung
ini. Salah satu Pasar Terapung di Banjarmasin adalah Pasar Kuin yang
terletak di persimpangan antara Sungai Kuin dan Sungai Barito.
Sejak
dahulu Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan terkenal dengan hasil
kayu dan rotan. Pada masa lalu kayu yang ditebang langsung dikirim
keluar Kalimantan, tetapi saat ini sebelum dikirim keluar daerah
terlebih dahulu diolah menjadi bahan setengah jadi, demikian juga untuk
industri rotan.
Sasirangan adalah batik khas
Kalimantan Selatan yang pada jaman dahulu digunakan untuk mengusir roh
jahat dan hanya dipakai oleh kalangan orang-orang terdahulu seperti
keturunan raja dan bangsawan. Proses pembuatan masih dikerjakan secara
tradisional. Lokasi penjualannya di kecamatan Banjar Timur, 20 menit
dari pusat Kota Banjarmasin.
Salah satu Landmark
Kota Banjarmaisn adalah Masjid Raya Sabilal Muhtadin yang berada dijalan
Jendral Sudirman. Mesjid Raya Sabilal Muhtadin berdiri megah dijantung
kota Banjarmasin menghadap Sungai Martapura. Bangunan Masjid arsitektur
modern dengan di kelilingi lima menara yang menjulang tinggi serta taman
masjid yang luas dan indah. Masjid Raya Sabilal Muhtadin berlantai dua
mempunyai kapasitas tempat sholat untuk 15.000 jemaah dan merupakan
masjid kebanggaan masyarakat Kalimantan Selatan dan pusat pengkajian
agama Islam.
B. Kota Banjarbaru
Kota
yang terletak di sebelah Tenggara Kota banjarmasin ini memiliki sebuah
Museum yang berisi benda-benda peninggalanSuku Banjar dan Dayak.
Patung-patung yang berasal dari Candi Hindu yang ada di Kalimantan juga
terdapat di Museum Lambung Mangkurat ini. Juga terdapat meriam, pedang
dan benda-benda lain sisa-sisa perang melawan Belanda. Koleksi Museum
Lambung Mangkurat lainnya adalah peralatan Sunat Tradisional Banjar
seperti Pisau dan Daun yang digunakan sebagai Antibiotic.
Museum
Lambung Mangkurat terletak di Kota Banjarbaru sekitar 35 km dari Kota
Banjarmasin, menyimpan berbagai peninggalan sejarah dan budaya serta
gambaran dari pada wajah Kalimantan Selatan dalam berbagai aspek
kehidupan alam dan potensial alamnya.
Koleksi
paling menarik dari Museum Lambung Mangkurat ini adalah benda-benda
hasil penggalian dari Candi-Candi Hindu seperti Candi Laras di Rantau
dan Candi Agung di Amuntai. Di Kalimantan Timur antara lain Patung Sapi
Nandi dan Symbol Alat Kelamin Dewa Syiwa yang disebut Lingang. Sisa-sisa
Candi Laras terdapat di Desa Margasari, di dekat Kota Rantau, sedangkan
sisa-sisa Candi Agung terdapat di Kota Amuntai yang berjarak 150 km
dari Banjarmasin.
Barang koleksi Museum terdiri
dari peninggalan Sultan Banjar, benda purbakala dari Candi Agung dan
Candi Laras, Perkakas dari Batu, Ukiran Kayu Ulin, Perkakas Pertanian
dan Perabot Rumah Tangga, Alat Musik Tradisional dan sebagainya.
Bangunan Museum ini perpaduan bentuk rumah tradisional yang bergaya modern diresmikan pada tahun 1979.
Pendulangan
Kawasan
Pendulangan Intan Tradisional berada di Kecamatan Cempaka. Bagi
penduduk Desa Cempaka, mendulang intan merupakan mata pencaharian turun
temurun. Para pendulang biasanya berkelompok-kelompok mengali lobang
pada kedalam sekitar 10-12 meter dengan menggunakan perkakas tradisional
dan metode lama. Mereka bekerja keras mengadu nasib. Bahan galian
tersebut selanjutnya dicuci untuk mencari sebutir Intan, terkadang
pendulang menemukan pula Batu Akik dan Pasir Emas.
Cempaka
adalah kawasan penambangan intan dan emas yang terletak 47 km dari Kota
Banjarmasin dan 7 km dari Kota Banjarbaru. Di tempat ini pengunjung
dapat melihat langsung bagaimana para pekerja mencari Intan atau Emas di
lobang-lobang penuh galian dan penuh lumpur. Dari catatan sejarah di
tambang ini pernah ditemukan intan terbesar seberat 20 karat pada tahun
1846, rekor ini kemudian dipecahkan pada tahun 1850 dengan ditemukannya
intan yang lebih besar lagi seberat 167,5 karat.
C. Kabupaten Banjar
Daya
tarik Kota yang terletak di dekat Kota Banjarbaru ini adalah suasana
pasar tradisional yang hanya digelar setiap hari Jumat. Pasar ini ramai
dikunjungi para wanita Banjar dengan pakaian tradisional mereka yang
berwarna-warni. Di lokasi pasar ini terdapat sebuah bangunan pasar
berbentuk tradisional Banjar dengan atapnya yang berwarna biru.
Di
pasar yang luas ini, wanita Banjar menjual aneka barang termasuk
berbagai jenis makanan. Jika anda penggemar batu permata, pasar ini
adalah tempatnya. Pedagang batu permata menyediakan berbagai macam
bentuk batu seperti intan dan batu permata lainnya, baik yang sudah di
asah ataupun yang masih kasar. Berbagai bentuk manik-manik juga tersedia
dan juga perhiasan perak. Anda juga dapat mengunjungi penggosokan intan
Kayu Tangi di Jalan Sukaramai, yang berada di belakang pasar ini.
Di
jantung Kota Martapura banyak ditemukan rumah-rumah tempat penggosokan
intan baik secara tradisional maupun modern yang terkenal adalah
penggosokan Intan Tradisional Kayu Tangi Martapura. Di sini intan dan
batu-batuan di bawa dan di gosok secara tradisional dengan berbagai
macam bentuk.
Selain terdapat penggosokan Batu
Aji, tidak kalah menariknya adalah kerajinan Manik-manik atau hiasan
Arguci yang dikerjakan secara unik dan berkelompok-kelompok oleh para
pengrajin di Desa Melayu, Kecamatan Martapura. Pemasarannya sampai ke
Negara Malaysia dan Brunai Darussalam.
Danau Riam
Kanan merupakan bagian dari Taman Hutan Raya Sultan Adam yang berlokasi
di Desa Aranio, Kecamatan Aranio. Berjarak sekitar 65 km dari Kota
Banjarmasin. Pegunungan Meratus yang indah dan hijau mengelilingi Danau
Riam Kanan yang luasnya 8000 hektar. Pulau Pinus yang terletak di tengah
danau merupakan tempat-tempat ideal untuk berekreasi keluarga sambil
menikmati kedamaian alam. Air danau yang jernih dan tenang sangatlah
ideal pula untuk bertamasya air, berenang, maupun memancing.
Tidak
jauh dari Kota Martapura terdapat obyek wisata budaya yaitu Desa
Kelampayan Kecamatan Astambul, sebuah Makam Ulama besar yaitu Syekh
Muhammad Arsyad Al Banjari, penyebar agama Islam di Kalimantan, makam
ini banyak dikunjungi peziarah yang datang dari Malaysia dan Brunai
Darussalam.
Pasar Terapung Lok Baintan berada di
Sungai Martapura. Kegiatannya hampir sama dengan Pasar Terapung yang ada
di tepi Sungai Barito dan yang membedakannya hanya para pedagang
menggunakan topi yang disebut Tanggui.
Taman Hutan
Pinus letaknya sekitar sekitar 35 km dari Kota Banjarmasin. Rekreasi di
bawah Hutan Pinus yang rindang, sehingga sangat baik duduk di bawah
pohon sambil menikmati hidangan yang telah disiapkan. Taman Hutan Pinus
merupakan penghijauan kota dan kebun pembinaan. Taman Hutan Raya Sultan
Adam terletak di Desa Mandiangin Kecamatan Karang Intan, sekitar 55 km
dari Kota Banjarmasin yang mempunyai luas 106.400 ha. Selain itu
terdapat dua peninggalan jaman Belanda yang terletak 2 km dari Tahura.
Di sana ada Gajah Kampung, Rusa dan Buaya yang dilindungi. Pengunjung
datang setiap hari libur untuk menikmati alam yang indah dan sejuk, juga
sebagai tempat penelitian dan perkemahan bagi pelajar dan mahasiswa.
D. Kabupaten Tapin1. Goa Batu Hapu
Goa
Batu Hapu yang terletak di Desa Batu Hapu Kecamatan Hatungun merupakan
goa yang mempunyai panorama luar biasa yang mempunyai stalagnit dan
stalagmit menghiasi dalam goa yang dapat menggugah kebesaran Allah SWT
dalam ciptaanNya sebagai pelajaran pengetahuan alam, goa ini telah
mendapatkan sentuhan perbaikan dan penataan, Pemerintah Daerah
sehubungan kerusakan yang diakibatkan keserakahan oknum manusia yang
hanya mengejar keuntungan ekonomi sesaat tanpamensyukuri nikmat lainnya
yang disediakan oleh alam. Goa Batu Hapu letaknya dari pasar Binuang
masuk sejauh 16 km dengan jalan yang sudah cukup baik, ditempuh dengan
jalan santai sambil menikmati pemandangan kehidupan pedesaan dan nuansa
alam pegunungan selama 30 menit, goa ini terletak dipegunungan sehingga
yang mempunyai hobi tantangan panjat tebing disinilah nyalinya diuji,
tetapi resiko ditanggung sendiri karena belum di asuransikan, masyarakat
disekitar goa siap bermitra dengan waisatawan yang berkeinginan
bermalam sambil menikmati makanan dan kehidupan masyarakat pedesaan.
Event hiburan diadakan pada saat liburan dan hari-hari besar yaitu pada
hari Raya Idul Fitri ke 2, Tahun Baru dan Liburan sekolah.
2. Makam Datu-datu atau Ulama Makam Datu Sanggul
Makam
Datu atau Ulama telah di renovasi dan mendapatkan penambahan fasilitas
sebagai upaya memfasilitasi peziarah yang merupakan salah satu budaya
masyarakat yang bernuansa keagamaan, yang merupakan kekuatan
pengembangan obyek wisata kabupaten Tapin sebagai wisata relegius.
Pengembangan wisata ini sebagai upaya mengenal dan mengenang kembali
sejarah, karena sebagai bangsa yang ingin maju tidak boleh melupakan
sejarah perjuangan pendahulu kita, khususnya para Datu atau Ulama yang
telah berjuang menyebarkan pengetahuan keagamaan dan kehidupan. Makam
sebagai tujuan wisata ziarah antara lain makam Datu Nuraya yang
merupakan makam panjang bahkan mungkin makam terpanjang di dunia (± 60
meter) dan haulannya (peringatan tahunan) adalah pada tanggal 14
Dzulhijjah. Makam ini terletak di Kecamatan Tapin Selatan. Selanjutnya
adalah ziarah ke makam Datu Sanggul terletak di Desa Tatakan Kabupaten
Tapin, haulannya setiap tanggal 21 Dzulhijjah, dari lokasi yang
berdekatan perjalanan ziarah dilanjutkan ke makam Datu Suban yang
dikenal sebagai guru Datu Sanggul haulannya setiap bulan Syawal setiap
tahun, kemudian perjalanan diteruskan ke makam Syech Salman Alfarizi
yang dikenal sebagai tokoh pendidikan juga ahli dalam bidang pertanian
dari desa Gadung Kecamatan Bakarangan (± dari makam Datu Suban jaraknya
14 km) event haulannya setiap tanggal 9 Dzulhijjah.
E. Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Kandangan
merupakan kota transit bagi kendaraan Kota Banjarmasin yang akan menuju
ke Kota Nagara atau sebaliknya. Kota kecil ini memiliki terminal yang
cukup sibuk dan sebuah bangunan pasar tua dengan bentuk arsitektur yang
mengesankan peninggalan era kolonial. Jika anda singgah di kota ini,
cobalah makanan khas Kabupaten Kandangan yang lezat yaitu Ketupat yang
dimakan dengan Gulai Ikan Haruan.
Nagara merupakan
kota kecil yang ditempati Sungai Nagara (cabang Sungai Barito) dan
sering meluap. Karena itu, rumah penduduk di tenpat ini umumnya adalah
rumah yang dibangun di atas tiang-tiang tinggi. Pada saat musim hujan,
hampir seluruh bagian kota tertutupair kecuali jalan yang sengaja dibuat
tinggi, namun pada puncak musim hujan, permukaan jalan juga tertutup
air sehingga Nagara berubah menjadi semacam “Kota Air”.
Menurut
catatan sejarah, Nagara yang terletak tidak jauh dari kota Kandangan,
merupakan ibukota dari kerajaan pertama di Kalimantan Selatan bernama
Nagara Dipa sebelum dipindahkan oleh Pangeran Samudera ke Bandarmasih
yang kemudian berkembang menjadi Kota Banjarmasin saat ini. Nagara juga
menjadi pusat kerajinan senjata tajam seperti pedang, golok dan keris.
Para pengrajin ditempat ini mampu menghasilkan berbagai jenis senjata
tajam seperti Mandau dengan bentuk yang indah dilengkapi dengan
sarungnya.
Mandau adalah pedang tradisional suku
Dayak yang dibuat di Desa Hadirau dan Tumbukan Banyu. Pembuatannya
memnggunakan peralatan sederhana dan diselesaikan sekelompok pengrajin
dan Mandau hanya di buat untuk hiasan. Tapi adapula Mandau yang khas
dibuat sendiri oleh ahlinya dan pedang ini dipercayai memiliki kekuatan
magis yang diisi melalui upacara ritual.
Pembuatan
gerabah terletak di Desa Bayanan tidak jauh dari Pasar Nagara,
pengunjung bisa menyaksikan setiap tahapan pembuatan dengan peralatan
sederhana atau bahkan pengunjung bisa memcoba ikut untuk pembuatannya.
Pengrajin biasanya membuat bermacam-macam bentuk Tembikar dan yang
terkenal adalah Dapur Nagara atau Anglo.
Gunung Kentawan
lebih dikenal sebagai lambang sari kawasan Loksado karena letaknya
strategis dan dapat dilihat dari berbagai penjuru. Gunung ini adalah
kawasan hutaqn lindung berupa gunung batu yang ditumbuhi pepohonan
disekelilingnya, letak kawasan ini sekitar 28 Km dari kota Kandangan,
dan untuk mencapainyahanya jalan kaki lewat Desa Lumpangi, muara Hanip
atau Datar Belimbing (Hulu Banyu). Dengan memiliki luas sekitar 245 ha,
didalamnya terdapat aneka jenis flora termasuk anggrek Hutan dan fauna
yang dilindungi seperti Bekantan, Owa-Owa, Raja Udang (Halcyon SP)dll.
Air Panas Tanuhi
merupakan obyek wisata yang sangat indah dan menarik untuk dikunjungi,
disamping pemandangan yang indah juga tersedia beberapa fasilitas
seperti : Cottag Type A dan B, Gazebo, Aula untuk pertemuaan, Kolam
Renang, Kolam Berendam, Kolam Air Panas dari Panas Alam, Cafetaria,
Lapangan Tenis dan Tempat Bermain Anak. Akses jalan menuju tempat lokasi
sangat mudah dari Ibukota Propinsi Banjarmasin 168 km bisa ditempuh
dengan roda 4 selama 4 jam.
Balai Adat Malaris
adalah yang paling besar diantara bali yang lain dikawasan Loksado,
berbeda dengan balia adat lainnya, balai ini masih dihuni dimana ada 40
keluarga besar. Berjarak 2,5 km dari Loksado. Tidak jauh dari Balai
Malaris terdapat sebuah bendungan pembangkit tenaga listrik dan sebuah
riam untuk bemandi ria, yaitu Riam Berajang dan Riam Anai.
Kawasan Loksado
memiliki hutan primer banyak ditumbuhi pepohonan dan kayu-kayuan yang
beraneka ragam. Jenis pohon yang tumbuh diwilayah ini adalah seperti:
Meranti, Sungkai, Ulin, Karet, Kayu Manis, dan jenis pohon buah-buahan
serta aneka jenis bunga Anggrek. Didalam hutan juga hidup berbagai
satwa, seperti: Kijang, Kancil, Macam, Beruang, aneka jenis kera
termasuk Bekantan, Satwa Melata dan jenis burung, seperti: Raja Udang,
Enggang, Ayam, Hutan dll. Begitu pula dengan Kupu-Kupu dengan aneka
warna yang menawan.
Arung Jeram dengan
rakit bambu di sungai Amandit adalah puncak dari kegiatan perjalanan
setelah beberapa hari. Kegiatan inilah yang paling banyak disukai oleh
banyak wisatawan dan yang palinng mengesankan. Ada beberapa lokasi yang
bagus untuk memulai perjalanan dengan tingkat kesulitan dan waktu tempuh
yang bervariasi tergantung dari keinginan wisatawan itu sendiri.
Air terjun Haratai
terletak di desa lebih kurang 15 menit perjalanan dari Balai Haratai,
dapat ditempuh dengan memasuki hutan bambu dan perkebuna karet atau kayu
manis. Air terjun tersebut bertingkat tiga dengan ketinggian
masing-masing 13 meter. Pengunjung dapat bermandi ria pada telaga,
tetapi dibagian bawah air terjunnya, atau hanya duduk-dudk diatas
bebatuan besar. Tersedia juga tempat ganti pakaian dan shel teruntuk
beristirahat.
Air Terjun Riam Anai ± 2 km dari desa Malaris Kecamatan Loksado merupakan air terjun yang sangat deras dengan ketinggian 4 meter.
Air Terjun Kilat Api terletak di deas Tanuhi 4 km dari penginapan/cottage Tanuhi. Bisa ditempuh dengan kendaraan roda 4 atau roda 2.
F. Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Mesjid
Al-A'la di desa Jatuh, Kecamatan Pandawan merupakan mesjid tertua di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Masjid ini merupakan cikal bakal
berkibarnya bendera dakwah syiar agama Islam. Masih di Kecamatan ini
terdapat pula masjid tua yang disebut Masjid Keramat dan keunggulan dari
tempat ibadah ini konon memberikan rasa khusyu.
Wisata
religius lainnya yang dapat dilakukan adalah mengunjungi Pondok
Pesantren Ibnul Amin Pamangkih yang mendidik ribuan calon ulama muda dan
pemimpin umat masa depan. Mengunjungi makam keramat Wali Katum juga
menarik karena selalu mendapat kunjungan ziarah dari masyarakat
Kalimantan Selatan dan juga wisatawan.
Untuk
kegiatan wisata alam ada obyek wisata air panas di kaki bukit yang hijau
dimana terdapat sumber air panas yang dapat menyembuhkan berbagai
penyakit. Di sini terdapat pula kolam okan dan kolam pancing yang selalu
ramai di kunjungi masyarakat setempat.
Obyek
wisata Pagat Batu Benawa memiliki panorama alam yang indah. Alamnya yang
indah, air yang jernih, dan alamnya yang damai membuat lokasi wisata
ini banyak dikunjungi wisatawan. Lok Laga Ria adalah obyek yang berada
di Kecamatan Haruyan dikelilingi hutan. Sungainya banyak memiliki jeram.
Kawasan
wisata Nateh di Kecamatan Batang Alai Timur, sekitar 15 km dari Kota
Barabai memiliki panorama alam yang indah. Di sini bertebaran
bukit-bukit batu raksasa yang kaya dengan pesona goa dan sungai berair
jernih.
Goa Liang Hadangan memiliki stalagnit dan
stalagmit dengan panorama alam yang sangat mengesankan dan lokasinya
sekitar 10 km dari Kota Barabai yang dapat ditempuh dengan kendaraan
roda empat.
Gunung Batu Benawa merupakan lokasi
perkemahan yang digemari para pecinta alam, letaknya sekitar 9 km dari
Kota Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
G. Kabupaten Hulu Sungai Utara
Kota
Amuntai, Ibukotanya Kabupaten Hulu Sungai Utara diapit dua sungai yaitu
sungai Tabalong dan Balangan. Untuk wisata kota, wisatawan dapat
mengunjungi Masjid Raya Amuntai, Pantai Amuntai atau melongok Taman Kota
Junjung Buih, berkunjung ke Monumen Perjuangan/melihat Monumen Itik
Alabio yang menghiasi kota.
Obyek wisata di daerah
ini adalah Situs Candi Agung, peninggalan dari kerajaan Negara Dipa
yang dibangun oleh Empu Jatmika pada abad ke XIV Masehi. Dari kerajaan
inilah akhirnya melahirkan Kerajaan Daha di Negara dan Kerajaan Kota
Banjarmasin.
Menyaksikan lomba renang unik yaitu
lomba renang Kerbau Rawa yang menjadi atraksi yang menarik. Kerbau Rawa
atau biasa disebut Kebau Kalang yang hidupnya lebuh banyak di air. Untuk
menarik kunjungan wisatawan maka dilakukan terobosan dengan membuat
lomba renang kerbau rawa.
Masjid Jami Sungai
Banar merupakan masjid tertua di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang
dibangun tahun 1218 H. selain tempat ibadah juga pernah dipergunakan
para pejuang kemerdekaan RI untuk menyusun strategi melawan penjajah
Belanda, masjid ini sudah masuk dalam daftar cagarbudaya dan banyak di
kunjungi orang untuk berziarah.
H. Kabupaten Tabalong
Obyek
wisata dalam Kinarum Indah sangat menarik karena riak dan hempasan air
yang mengalir di sela-sela batu hampar yang luas. Batu ini mempunyai
legenda tersendiri sesuai dengan beda warnanya.
Dari
alkisah masyarakat, batu tersebut jatuh ketika sedang di bawa oleh
seorang sakti yang bermaksud membendung Sungai Jaing guna mencari sang
Putri. Hingga sekarang lokasi Kinarum Indah sering dijadikan oleh
masyarakat sebagai tempat meminta hajat/doa keselamatan sesuai dengan
adat budaya masyarakat Dayak setempat. Lokasi obyek wisata ini terletak
di Desa Kinarum dan ditempuh dalam jarak 45 km dari ibukota Kabupaten
dan 6 km dari ibukota Kecamatan Upau.
Topografi
wilayah di kawasan ini berbukit dan bergunung dengan panorama alamnya
yang cukup indah dikelilingi hutan yang lebat. Jarak tempuh obyek wisata
ini dari ibukota Propinsi 330 km dan dari ibukota Kabupaten 85 km,
dengan jalan aspal hotmix berada pada sisi lintas jurusan Kota
Banjarmasin dan Kota Balikpapan.
I. Kabupaten Tanah Laut1. Pantai Swarangan
Pantai
Swarangan terletak di Desa Swarangan, Kecamatan Jorong. Aksesibilitas
ke obyek tersebut dapat ditempuh melalui transportasi darat dengan jarak
tempuh ± 52 km dari ibukota Kabupayen Tanah Laut ( Pelaihari).
2. Pantai Batu Lima
Pantai
Batu Lima terletak di Desa Kuala Tambangan Kecamatan Takisung, dari
ibukota Kabupaten Tanah Laut (Pelaihari) berjarak ± 35 km. sarana yang
tersedia di objek ini seperti : Play Ground, Shelter dan Cottage yang
berjumlah 18 buah.
3. Bukit Khayangan
Bukit
Khayangan memiliki pesona yang memukau dengan pemandangan perbukitan
dan hamparan perkebunan Kelapa Sawit. Aksesibilitas darat dapat ditempuh
± 55 km dari Kota Banjarmasin tepatnya sebelum kita menuju/memasuki
Kota Pelaihari tentunya melewati objek wisata tersebut. Sarana yang
tersedia saat ini berupa tempat ibadah (Mushola), dan jenis wisata yang
bisa dikembangkan berupa wisata MICE (Wisata Meeting and Conference).
J. Kabupaten Tanah Bumbu
Kabupaten
Tanah Bumbu mempunyai Pantai yang cukup panjang sekitar 200 km, dengan
panorama yang indah. Masyarakat yang datang ke Kabupaten Tanah Bumbu
setelah melewati Kecamatan Sungai Loban menuju Pagatan akan disambut
dengan sejuknya udara laut. Ada tiga lokasi yang sementara ini dijadikan
sebagai obyek wisata pantai antara lain wisata Pantai Rindu Alam, Pulau
Salak dan Pulau Pagatan.
Obyek wisata alam
lainnya adalah sebuah pulau yang terletak di selat laut dan berbatasan
dengan Kecamatan Pulau Laut Tengah Kabupaten Kotabaru dengan luas
wilayah sekitar 4500 m² dengan panjang sekitar 15 km terletak memisah.
Kita
dapat mengelilingi pulau tersebut naik perahu motor sekitar 1 jam.
Konon kabarnya pada tahun 1970 seseorang peneliti dari Amerika pernah
mengadakan penelitian dari hasil survey dan observasi terdapat kandungan
nikel dan batubara.
Di pulau ini terdapat sumber
mata air tawar. Ini menjadi pendapatan masyarakat yang bertempat
tinggal disana dengan menjual air tawar ke Batulicin jika musim kemarau.
Produksi air bersih rata-rata 40 m³ per hari, kendati kemarau sumber
ini tidak pernah kering dengan kualitas air yang jernih.
Di
pulau ini juga ada 2 buah lubang yang kedalamannya sekitar 15 m
mengarah ke dalam dan apabila kita berjalan di atas lubang tersebut
terdengar bunyi dengungan yang memantulkan bahwa lubang tersebut besar.
Menarik
untuk menjadi tantangan bagi pecinta alam, serta kita yang ingin
menikmati keindahan alam Pulau Sewangi dengan lebatnya hutan di pulau
ini, maka ini dikatakan sebagai paru-parunya kabupaten Tanah Bumbu.
Di
Kabupaten Tanah Bumbu juga terdapat Goa Sugung yang terjadi dari proses
alam terletak di km 44, jalan Kadeco Kecamatan Mentewe dengan luas
sekitar 12 ha, dan jarak dari ibukota dapat ditempuh kurang lebih 1,5
jam dengan kendaraan roda 4 dan roda 2.
Sebuah
pemandangan yang jarang kita temui disini, kita dapat merasakan
kesejukan saat berada di dalam goa, pada hari libur tidak jarang Goa
Sugung menjadi pilihan bagi masyarakat sekitar untuk berekreasi. Bagi
pecinta goa tempat ini merupakan tantangan tersendiri dan menjadi wahana
atau objek penelitian.
K. Kabupaten Kotabaru
Belum
lengkap kalu wisata ke Kabupaten Kotabaru kalau kita belum mengunjungi
pantai Gedambaan 14 km dari Kota Kotabaru dengan pemandangan yang khas
dan ditambah sarana pendukung seperti Cottage (penginapan), Mushola,
Kolam Pemancingan dan Warung Makan serta tempat duduk yang banyak
tersedia. Dengan sarana parkir yang luas akan memudahkan kita untuk
berpiknik di Pantai Gedambaan. Dan tidur di Cottage Pantai Gedambaan.
Batu
Jodoh terletak di Pantai Aru Kecamatan Pulau Laut Selatan merupakan
tempat yang dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat terkabul segala
ikrar sepasang kekasih. Perjanjian atau ikrar dilakukan dengan duduk di
atas kedua batu tersebut kemudian sepasang kekasih tersebut saling
berikrar dengan begitu mereka meyakini bahwa ikrar mereka tersebut dapat
terkabul. Keyakinan ini sudah dipercaya masyarakat secara turun temurun
sehingga banyak wisatawan yang melakukan ikrar di atas batu tersebut
sebagai pembuktian dari keyakinan masyarakat.
L. Kabupaten Barito Kuala
Pulau
Kaget terletak sekitar 12 km ke arah hulu dari Sungai Barito yang
merupakan habitat dari hewan unik yaitu Monyet Besar Berhidung Panjang
atau oleh penduduk setempat disebut dengan Kera Belanda/Bekantan karena
hidungnya panjang, mukanya merah serta perutnya yang gendut.
Pulau
Kembang dapat dicapai dengan menggunakan perahu motor selama 30 menit
dari pusat Kota Banjarmasin. Di pulau ini terdapat sebuah Vihara Cina
yang sudah sangat tua dan banyak dikunjungi keluarga Cina untuk
beribadah. Umumnya para pengunjung datang pada hari Minggu dan Vihara
ini dijaga oleh sekumpulan kera berekor panjang yang banyak mendapatkan
makanan dari pengunjung seperti kacang, pisang dan telur.
Kabupaten
Marabahan adalah sebuah kota kecil yang terletak sekitar 65 km dari
Kota Banjarmasin ke Hulu Sungai Barito. Di kota ini wisatawan dapat
melihat rumah-rumah tua bergaya tradisional Banjar yang terbuat dari
kayu di pinggir sungai dengan suasana kehidupan masyarakat disekitar
sungai. Dari Marabahan anda dapat menyewa perahu motor ke Margasari
yaitu sebuah desa yang menghasilkan aneka barang kerajinan tangan
terbuat dari rotan dan bambu seperti Tas, Bakul, Kipas Tangan dan Topi.
sumber : http://www.kalselprov.go.id/potensi-daerah/pariwisata
WISATA KOTA BANJARMASIN
Obyek Wisata Yang Ada Di Banjarmasin
Ibukota Kalimantan Selatan yaitu Banjarmasin memiliki cukup banyak lokasi yang dapat dijadikan sebagai obyek wisata, baik itu berupa Wisata Alam, Wisata Buatan, Wisata Religius, Wisata Sejarah/Wisata Budaya, dan Wisata Adat yang cukup potensial untuk dikembangkan.Banjarmasin adalah kota yang mendapat julukan sebagai ’Kota Seribu Sungai’ karena kota ini berada pada muara beberapa sungai secara geografis terletak pada salah satu pulau yang terbesar di Indonesia, yakni pulau Kalimantan atau yang lazim disebut pulau Borneo. Banjarmasin masuk ke dalam wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Sebuah kota yang penuh dengan keanekaragamaan Budaya. Provinsi ini mempunyai luas sekitar 36.985 km2. Banjarmasin memasuki zona waktu Indonesia bagian Tengah.
Menginjakkan kaki di Bumi Lambung Mangkurat (sebutan bagi Banjarmasin) rugi banget kalo tidak ngunjungi berbagai tempat wisatanya dan mengabadikannya. Sebuah kota yang selalu dikelilingi oleh sungai-sungai kecil, tak pernah bosan untuk dijelajahi dan dikunjungi. Kota Banjarmasin juga terkenal dengan julukan kota seribu sungai Banyak sekali, tempat-tempat yang wajib dan mesti di kunjungi jika sudah berada di kota seribu sungai ini.
Banyak sekali kegiatan masyarakat yang dilakukan di sungai termasuk kegiatan perdagangan yang dikenal dengan pasar terapung. Penduduk kota Banjarmasin masih banyak yang tinggal di atas air. Rumah-rumah penduduk dibangun diatas tiang atau diatas rakit dipinggir sungai.
Budaya sungai terus berkembang, memberikan corak budaya tersendiri dan menarik. Salah satu kegiatan wisata paling menarik di kota Banjarmasin adalah berjalan-jalan menyusuri sungai dan kanal. Daerah pinggiran kota pemandangan alam sungainya masih asli dan wisatawan dapat menyusuri sepanjang sungai Martapura dan sungai Barito dengan menggunakan perahu Klotok dan Speedboat. Pusat Kota Banjarmasin terletak di sepanjang jalan Pasar Baru, sementara kawasan perkantoran khususnya Bank terdapat di jalan Lambung Mangkurat. Sungai Barito berada di sebelah Baratnya dari pusat kota.
Sebagian besar kegiatan masyarakat di Banjarmasin terjadi sungai atau disekitar sungai. Oleh karena itu sangatlah menarik menyaksikan kehidupan Kota dari tengah sungai. Wisatawan dapat menyewakan perahu motor yang mangkal di tepi sungai dengan tarif sekitar Rp. 75.000 per jam guna memulai perjalanan menyusuri sungai melewati sejumlah lokasi penarikan dengan waktu tempuh dua hingga tiga jam.
WISATA RELIGIUS
Masjid Raya Sabilal Muhtadin
Salah satu Landmark Kota Banjarmaisn adalah Masjid Raya Sabilal Muhtadin yang berada dijalan Jendral Sudirman. Mesjid Raya Sabilal Muhtadin berdiri megah dijantung kota Banjarmasin menghadap Sungai Martapura. Bangunan Masjid arsitektur modern dengan di kelilingi lima menara yang menjulang tinggi serta taman masjid yang luas dan indah. Masjid Raya Sabilal Muhtadin berlantai dua mempunyai kapasitas tempat sholat untuk 15.000 jemaah dan merupakan masjid kebanggaan masyarakat Kalimantan Selatan dan pusat pengkajian agama Islam.
Sabilal Muhtadin, nama pilihan untuk Mesjid Raya Banjarmasin ini, adalah sebagai penghormatan dan penghargaan terhadap Ulama Besar alm. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjary (1710 — 1812 M) yang selama hidup-nya memperdalam dan mengembangkan agama Islam di Kerajaan Banjar atau Kalimantan Selatan sekarang ini. Ulama Besar ini tidak saja dikenal di seluruh Nusantara, akan tetapi dikenal dan dihormati meliwati batas negerinya sampai ke Malaka, Filipina, Bombay, Mekkah, Madinah, Istambul dan Mesir.
Mesjid Raya Sabilal Muhtadin ini di-bangun di atas tanah yang luasnya 100.000 M2, letaknya ditengah-tengah kota Banjarmasin, yang sebelumnya adalah Kompiek Asrama Tentara Tatas. Pada waktu zaman kolonialisme Belanda tempat ini dikenal dengan Fort Tatas atau Benteng Tatas. Bangunan Mesjid terbagi atas Bangunan Utama dan Menara; bangunan utama luasnya 5250 M2, yaitu ruang tempat ibadah 3250 M2, ruang bagian dalam yang sebagian berlantai dua, luasnya 2000 M2. Menara mesjid terdiri atas 1 menara-besar yang tingginya 45 M, dan 4 menara-kecil, yang tingginya masing-masing 21 M. Pada bagian atas bangunan-utama terdapat kubah-besar dengan garis tengah 38 M, terbuat dari bahan aluminium sheet Kalcolour ber-warna emas yang ditopang oleh su-sunan kerangka baja. Dan kubah menara-kecil garis-tengahnya 5 dan 6 M.
Kemudian seperti biasanya yang ter dapat pada setiap mesjid-raya, maka pada Mesjid Raya Sabilal Muhtadin ini juga, kita dapati hiasan Kaligrafi bertuliskan ayat-ayat Al-Qur'an dan As-maul Husna, yaitu 99 nama untuk Ke-agungan Tuhan serta nama-nama 4 Khalifah Utama dalam Islam. Kaligrafi itu seturuhnya dibentuk dari bahan tembaga yang dihitamkan dengan pe-milihan bentuk tulisan-arab (kaligrafi) yang ditangani secara cermat dan tepat, maksudnya tentu tiada lain adalah upaya menampilkan bobot ataupun makna yang tersirat dari ayat-ayat suci itu sendiri. Demikian juga pada pintu, krawang dan railing, keseluruh annya dibuat dari bahan tembaga de ngan bentuk relief berdasarkan seni ragam hias yang banyak terdapat di daerah Kalimantan.
Dinding serta lantai bangunan, menara dan turap plaza, juga sebagian dari kolam, keseluruhannya berlapiskan marmer; ruang tempat mengambil air wudhu, dinding dan lantainya dilapis de-ngan porselein, sedang untuk plaza keseluruhannya dilapis dengan keramik. Seluruh bangunan Mesjid Raya ini, dengan luas seperti disebut di atas, pada bagian dalam dan halaman bangunan, dapat menampung jemaah sebanyak 15.000 orang, yaitu 7.500 pada bagian dalam dan 7.500 pada bagian halaman bangunan.
Peranan elemen-hias pada sebuah bangunan, bila diolah secara cermat dan diarahkan dengan tepat, akan tam-pak bukan saja sesuatu yang 'indah dimata' akan tetapi sekaligus dapat bermakna lain pada diri kita. Bisa jadi memberikan pengalaman batin yang menyentuh dan menimbulkan macam-macam perasaan, misalnya perasaan haru, kagum, syahdu dan seterusnya. Dengan ini berarti kita berbicara me-ngenai wawasan estetis dan pemilihan teknis dari seorang seniman untuk se-lanjutnya sebagai konsep dasar pijakan kreatifitasnya.
Sejalan dengan hal yang baru di-sebut di atas, maka wawasan estetis pada bangunan Mesjid Raya Sabilal Muhtadin ini dilakukan dalam tiga pokok pijakan sebagai berikut.
1. Sesuatu yang dapat memberikan dan menimbulkan rasa keagama an yang lebih dalam.
2. Ornamen-dekoratif yang selaras dan fungsional sesuai dengan arsitektur mesjid.
3. Sebagai ciri-khas atau identitas yang menunjukkan kekayaan kebudayaan lingkungan Kalimantan.
Atas dasar ini, maka elemen-estetik untuk mesjid-raya ini dibentuk dalam kaligrafi-arab dengan mengambil ayat-ayat Al-Quran, Asmaul Husna, yaitu 99 nama Keagungan Tuhan dan nama-nama 4 Khalifah Utama dalam Islam Kaligrafi ini kemudian dirangkai dan dipadu dengan unsur-unsur ragam-hias motif tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagdi tradisi seni-hias pada bangunan bangunan mesjid seluruh dunia.
Bentuk floral (tumbuh-tumbuhan) ini memberikan sesuatu kesan hidup dan dinamis, akan tetapi yang terpenting adalah menghindarkan ke-cendrungan untuk menjadi gambar pe-mujaan, seperti halnya gambar yang bertemakan bentuk manusia dan he-wan. Demikian pula ayat-ayat suci yang dituliskan dalam bentuk khat in-dah dengan Gaya Naski, Diwani, Riqah, Tsulus dan Kufik, kiranya menimbulkan rasa kekayaan citarasa dan khayal-seni untuk meluhurkan puja kepada Tuhan.
Disain keseluruhan bangunan mesjid, dengan kubah besar, tiang-tiang kokoh dan tegap serta dinding tebal dan padat yang keseluruhan dibalut oleh le-bih kurang 14.830 M2 pualam kremmuda seakan memberikan suasana be-rat, kukuh dan kadahg-kadang terasa menekan. Kesan ini timbul balk dari eksteriornya maupun interiornya. Kesejuruhan keadaan banguann mesjid seperti disebut di atas menjadi per-timbangan dalam memperhitungkan pembuatan elemen-estetik yang akan ditempatkan dalam ruang dalam dan luar bangunan mesjid itu.
Penetapan disain krawang untuk pintu-utama, pintu samping dan din-ding, adalah upaya untuk memberikan keseimbangan antara 'rasa berat' yang ditimbulkan fisik bangunan dan 'rasa ringan' yang ditimbulkan oleh sifat 'tembus pandang' dari ornamen krawang tersebut. Lampu hias (chandelier) yang terdiri dari 17 buah unit gan-tungan dengan ribuan bola kaca ter-susun dalam lingkaran bergaris tengah 9 M, menimbulkan 'rasa-ringan' yang ditempatkan sebagai kontras terhadap fisik bangunan itu sendiri.
<---dipindahkan ke Syekh Muhammad Arsyad al-Banjary Ulama-ulama yang muncul dikemudian hari, menduduki tempat-tempat penting di seluruh Keraiaan Baniar dan mendirikan syurau dan madrasah, adalah Iah dari didikan syuraunya di Pagar Dalam yang didirikannya setelah kem-bali dari menuntut ilmu di tanah Mekkah.
Di samping mendidik di syuraunya, ia juga menulis beberapa kitab dan risalah untuk keperluan murid-muridnya serta keperluan kerajaan. Salah satu kitabnya yang terkenal adalah Kitab 'SABILAL MUHTADIN' yang merupakan kitab Hukum-Fiqh dan menjadi kitab-pegangan pada waktu itu, tidak saja di seluruh Kerajaan Banjar tapi sampai ke-seluruh Nusantara dan bahkan dipakai pada perguruan-perguruan di luar Nusantara. Selain dari pada mengajar, menulis dan dakwah, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary juga sangat memperhatikan rakyat sekitarnya. Kepada mereka beliau memberi contoh bagaimana bercocok tanam membuat pengairan untuk me-majukan pertanian penduduk.
Diriwayatkan, pada waktu Sultan Tahlilullah (1700 - 1734 M) memerintah Kerajaan-Banjar, suatu hari ketika ber-kunjung ke kampung Lok Ngabang. Sultan melihat seorang anak berusia sekitar 7 tahun sedang asyik menulis dan menggambar, dan tampaknya cerdas dan berbakat, dicerita-kan pula bahwa ia telah fasih membaca Al-Quran dengan indahnya. Terkesan akan kejadian itu, maka Sultan me-minta pada orang tuanya agar anak tersebut sebaiknya ting-gal di istana untuk belajar bersama dengan anak-anak dan cucu Sultan.
Kemudian atas permintaannya sendiri, pada waktu ber-umur sekitar 30 tahun. Sultan mengabulkan keinginannya untuk belajar ke Mekkah memperdalam ilmunya, dan lebih dari 30 tahun kemudian, setelah gurunya menyatakan su-dahlah cukup bekal ilmunya, barulah ia kembali pulang ke Banjarmasin. Akan tetapi Sultan Tahlilullah seorang yang telah banyak membantu dan member! warna pada kehidupannya telah mangkat dan digantikan kemudian oleh Sultan TahmiduHah II bin Sultan HW, yaitu cucu Sultan Tahlilullah yang sejak semula telah akrab bagaikan bersahabat. Kepada Sultan Tahlilullah ia tidak sempat menyatakan terimakasih-nya ataupun memberikan pengabdiannya dan mereka ter-pisah karena jarak dan umur.
Sekembalinya dari Mekkah, hal pertama yang dikerjakan nya ialah membuka tempat pengajian (semacam pesantren) bernama Pagar Dalam, yang kemudian lama-kelamaan men-jadi sebuah kampung yang ramai tempat menuntut ilmu agama Islam.
Sultan Tahmidullah yang pada ketika itu memerintah Ke-rajaan Banjar, sangat menaruh perhatian terhadap per-kembangan serta kemajuan agama Islam dikerajaannya, meminta kepada Syekh Muhammad Arsyad agar menulis sebuah Kitab Hukum Ibadat (Hukum Fiqh) yang kelak kemudian dikenal dengan nama Kitab Sabilal Muhtadin.
Sebelumnya, untuk keperluan pengajaran serta pendidikan, ia telah menulis beberapa kitab serta risalah-risalah, di-antaranya ialah Kitab Ushuluddin yang biasa disebut Kitab Sifat Duapuluh, Kitab Tuhfatur Raghibin, yaitu kitab yang membahas soal-soal itikad serta perbuatan yang sesat, Kitab Nuqtatul Ajlan, yaitu kitab tentang wanita serta tertib suami-isteri, Kitabul Fara-idl, semacam hukum-perdata. Da-ri beberapa risalahnya, dan beberapa pelajaran penting yang langsung diajarkannya, oleh murid-muridnya kemudian di-himpun dan menjadi semacam Kitab Hukum Syarat, yaitu tentang syarat syahadat, sembahyang, bersuci, puasa dan yang berhubungan dengan itu, dan untuk mana biasa disebut Kitab Parukunan. Mengenai bidang Tasauf {semacam Filsafat Ketuhanan) ia juga menuliskan pikiran-pikirannya dalam Kitab Kanzul-Makrifah.
Kitab Sabilal Muhtadin yang disebut pada mula di atas se-lengkapnya adalah Kitab Sabilal Muhtadin lit-tafaqquh fi amriddin, dan untuk singkatnya disebut Kitab Sabilal saja; dan artinya dalam terjemahan bebas adalah Jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama.
Dengan demikian maka Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary sekaligus adalah guru, ulama, dan teladan bagi mu-ridnya, dan juga penduduk sekitarnya, ia telah berbakti kepada agama dan kehidupan itu sendiri dengan setulus jiwa-raganya.
Maka pada akhirnya, sebagai akibat dari semua itu, kelak kemudian hari, suri tauladan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary, seperti telah diriwayatkan di atas, membekas dan terpatri pada hati seluruh kerajaan dan penduduknya dengan kenyataan sebagaimana kita lihat sampai hari ini ialah demikian banyaknya mesjid, langgar, syurau dan madrasah didirikan dan dibangun oleh penduduk disetiap desa, kampung dan kota di seluruh Kerajaan Banjar atau di Kalimantan Selatan sekarang ini. Dan Mesjid Raya Banjarmasin ini, berdasarkan sejarah serta riwat sebagaimana telah disebut di atas, kita pahatkan namanya : SABILAL MUHTADIN
Masjid Sultan Suriansyah
Masjid Sultan Suriansyah adalah sebuah masjid bersejarah yang merupakan masjid tertua di Kalimantan Selatan. Masjid ini dibangun di masa pemerintahan Sultan Suriansyah (1526-1550), raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam. Masjid ini terletak di Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin.
Bentuk arsitektur dengan konstruksi panggung dan beratap tumpang, merupakan masjid bergaya tradisional Banjar. Masjid bergaya tradisional Banjar pada bagian mihrabnya memiliki atap sendiri terpisah dengan bangunan induk. Masjid ini didirikan di tepi sungai Kuin.
Masjid Kuno
Kekunoan masjid ini dapat dilihat pada 2 buah inskripsi yang tertulis pada bidang berbentuk segi delapan berukuran 50 cm x 50 cm yakni pada dua daun pintu Lawang Agung. Pada daun pintu sebelah kanan terdapat 5 baris inskripsi Arab-Melayu berbunyi : " Ba'da hijratun Nabi Shalallahu 'alahihi wassalam sunnah 1159 pada Tahun Wawu ngaran Sultan Tamjidillah Kerajaan dalam Negeri Banjar dalam tanah tinggalan Yang mulia." Sedangkan pada daun pintu sebelah kiri terdapat 5 baris inskripsi Arab-Melayu berbunyi: "Kiai Damang Astungkara mendirikan wakaf Lawang Agung Masjid di Nagri Banjar Darussalam pada hari Isnain pada sapuluh hari bulan Sya'ban tatkala itu (tidak terbaca)" . Kedua inskripsi ini menunjukkan pada hari Senin tanghgal 10 Sya'ban 1159 telah berlangsung pembuatan Lawang Agung (renovasi masjid) oleh Kiai Demang Astungkara pada masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I (1734-1759).
Pada mimbar yang terbuat dari kayu ulin terdapat pelengkung mimbar dengan kaligrafi berbunyi "Allah Muhammadarasulullah". Pada bagian kanan atas terdapat tulisan "Krono Legi : Hijrah 1296 bulan Rajab hari Selasa tanggal 17", sedang pada bagian kiri terdapat tulisan : "Allah subhanu wal hamdi al-Haj Muhammad Ali al-Najri".
Filosofi Ruang
Pola ruang pada Masjid Sultan Suriansyah merupakan pola ruang dari arsitektur Masjid Agung Demak yang dibawa bersamaan dengan masuknya agama Islam ke daerah ini oleh Khatib Dayan. Arsitektur mesjid Agung Demak sendiri dipengaruhi oleh arsitektur Jawa Kuno pada masa kerajaan Hindu. Identifikasi pengaruh arsitektur tersebut tampil pada tiga aspek pokok dari arsitektur Jawa Hindu yang dipenuhi oleh masjid tersebut. Tiga aspek tersebut : atap meru, ruang keramat (cella) dan tiang guru yang melingkupi ruang cella. Meru merupakan ciri khas atap bangunan suci di Jawa dan Bali. Bentuk atap yang bertingkat dan mengecil ke atas merupakan lambang vertikalitas dan orientasi kekuasaan ke atas. Bangunan yang dianggap paling suci dan dan penting memiliki tingkat atap paling banyak dan paling tinggi. Ciri atap meru tampak pada Masjid Sultan Suriansyah yang memiliki atap bertingkat sebagai bangunan terpenting di daerah tersebut. Bentuk atap yang besar dan dominan, memberikan kesan ruang dibawahnya merupakan ruang suci (keramat) yang biasa disebut cella. Tiang guru adalah tiang-tiang yang melingkupi ruang cella (ruang keramat). Ruang cella yang dilingkupi tiang-tiang guru terdapat di depan ruang mihrab, yang berarti secara kosmologi cella lebih penting dari mihrab.
Kubah Surgi Mufti
Tuan Guru H. Surgi Mufti atau Mufti Jamaluddin adalah cicit Al-Banjari dari garis istri beliau yang keenam, bernama Ratu Aminah binti Pangeran Thaha (seorang bangsawan Kerajaan Banjar). Silsilah Tuan Guru Surgi Mufti ini adalah: Mufti Jamaluddin bin Zalekha binti Pangeran Mufti H. Ahmad bin Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.
Semasa hidupnya, Tuan Guru H. Surgi Mufti dikenal sebagai seorang ulama besar yang pemurah, ramah-tamah, dan disegani oleh semua kalangan, termasuk oleh Belanda. Banyak orang-orang yang belajar dan menuntut ilmu kepada beliau. Beliau ini menurut Abu Daudi, diangkat menjadi mufti oleh pemerintah Belanda dan berkedudukan di Banjarmasin pada tahun 1896. Beliau wafat pada tanggal 8 Muharram 1348 H (1902) dan dimakamkan di depan rumah beliau di Jalan Masjid Jami Banjarmasin.[25] Oleh Pemerintah, makam beliau kemudian ditetapkan sebagai salah satu peninggalan dan cagar budaya yang dilindungi,[26] hingga sekarang dikenal oleh masyarakat Banjar dengan nama “Kubah Sungai Jingah”. Gelar beliau juga diabadikan menjadi nama satu kelurahan dalam wilayah Kecamatan Banjarmasin Utara, yakni Kelurahan Surgi Mufti.
Kubah berasal dari bahasa Arab "qubbah" yaitu cungkup makam. Makam ini terdapat di Kelurahan Surgi Mufti, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin.
Makam Datu Anggah Amin (Al-Alamah Muhammad Amin)
Makam Datu Anggah Amin terletak di Kelurahan Banua Anyar Kota Banjarmasin. Datu Anggah Amin adalah ulama yang banyak menelorkan ulama. Dia tidak memiliki pesantren, tapi banyak yang datang minta petunjuk dan bimbingan pengarahan.
"Beliau tidak punya pondok pesantren, tapi banyak didatangi orang. Murid-muridnya banyak, dan banyak pula yang menjadi ulama besar. Sekarang banyak pula keturunan dari para muridnya yang menjadi ulama," ujarnya.
Kepada para muridnya, kata Misbah, Datu Anggah selalu berpesan agar tidak durhaka kepada orangtua dan para alim supaya hidupnya menadpat barokah.
"Beliau berpesan, jangan durhaka, jangan lupakan jasa-jasa pendahulu, terutama para alim besar, Insya Allah hidupnya akan selalu mendapat barokah," jelas Misbah.
Makam Khatib Dayan
Khatib Dayan dimakamkan di Komplek Makam Sultan Suriansyah. Pada tahun 1521 datanglah seorang tokoh ulama besar dari Kerajaan Demak bernama Khatib Dayan ke Banjar Masih untuk mengislamkan Raden Samudera beserta sejumlah kerabat istana, sesuai dengan janji semasa pertentangan antara Kerajaan Negara Daha dengan Kerajaan Banjar Masih. Khatib Dayan merupakan keturunan Sunan Gunung Jati dari Cirebon, Jawa Barat. Beliau menyampaikan syiar-syiar Islam dengan kitab pegangan Surat Layang Kalimah Sada di dalam bahasa Jawa. Beliau seorang ulama dan pahlawan yang telah mengembangkan dan menyebarkan agama Islam di Kerajaan Banjar sampai akhir hayatnya.
WISATA KULINER
Soto Banjar
Soto Banjar adalah makanan khas dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan dengan bahan utama ayam dan beraroma harum rempah-rempah seperti kayu manis, biji pala, dan cengkeh.
Soto berisi daging ayam yang sudah disuwir-suwir, dengan tambahan perkedel atau kentang rebus, rebusan telur, dan ketupat. Kalau Anda mampir ke Banjarmasin jangan lupa menikmati hidangan sato Banjar ini dan rasakan kenikmatan soto banjar yang khas.
Pusat Jajan Tarakan
Pusat jajan tarakan ini terletak di jalan Tarakan, Banjarmasin. Di sini tersedia berbagai macam jajanan, baik itu berupa makanan ataupun minuman, misalnya seperti makanan khas banjar, soto, jus buah dan lain sebagainya.
WISATA BUATAN
Pasar Terapung
Pasar Terapung adalah pasar tradisional yang sudah ada sejak dulu dan merupakan refleksi budaya sungai orang Banjar. Pasar yang khas lagi unik ini tempat melakukan transaksi di atas air dengan menggunakan perahu besar maupun kecil yang berdatangan dari berbagai pelosok. Pasar Terapung di Banjarmasin adalah Pasar Kuin yang terletak di persimpangan antara Sungai Kuin dan Sungai Barito.
Pasar Terapung hanya berlangsung pada pagi hari sekitar jam 05.00 hingga 09.00 setiap hari.
Dengan perahu Klotok dari Kota Banjarmasin dapat dicapai sekitar 30 menit. Wisatawan harus datang pagi-pagi untuk dapat melihat kesibukan Pasar Terapung ini. Salah satu
Taman Siring Sudirman
Taman siring di bantaran Sungai Martapura yang berlokasi di Jalan Sudirman persisnya di depan Masjid Raya Sabilal Muthadin. Taman siring Sudirman adalah sebuah tempat nongkrong dan santai bagi semua usia, baik itu tua dan muda serta anak-anak.
WISATA SEJARAH / WISATA BUDAYA
Museum Wasaka"Museum Wasaka" adalah sebuah museum perjuangan rakyat Kalimantan Selatan.
Wasaka singkatan dari Waja Sampai Kaputing yang merupakan motto perjuangan rakyat Kalimantan Selatan.
Museum bertempat pada rumah Banjar Bubungan Tinggi yang telah dialih fungsikan dari hunian menjadi museum sebagai upaya konservasi bangunan tradisional.
Terletak di Gang H. Andir, Kampung Kenanga Ulu, Kelurahan Sungai Jingah, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin.
Sasirangan - Kain Khas Banjar
Kain sasirangan banyak dibuat oleh pengusaha industri kecil di Kalimantan Selatan. Seperti halnya batik di Pulau jawa, kain sasirangan merupakan ciri khas daerah Kalimantan Selatan. Kain sasirangan adalah merupakan kain yang menerapkan proses pewarnaan dengan cara rintang yaitu dijahit menggunakan benang atau tali rafia menurut corak yang dikehendaki. Desain corak didapatkan dari jahitan atau dikombinasi dengan ikatan maupun komposisi warna yang dibuat. Kain sasirangan dapat dibuat dari bahan mori dengan berbagai kwalitas seperti mori primissima, mori prima, mori biru, mori voalissima, bahan sutera, rayon maupun synthetic.
Sasirangan adalah batik khas Kalimantan Selatan yang pada jaman dahulu digunakan untuk mengusir roh jahat dan hanya dipakai oleh kalangan orang-orang terdahulu seperti keturunan raja dan bangsawan. Proses pembuatan masih dikerjakan secara tradisional.
Kain sasirangan yang merupakan kerajinan khas daerah Kalimantan Selatan (Kalsel) menurut para tetua masyarakat setempat, dulunya digunakan sebagai ikat kepala (laung), juga sebagai sabuk dipakai kaum lelaki serta sebagai selendang, kerudung, atau udat (kemben) oleh kaum wanita. Kain ini juga sebagai pakaian adat dipakai pada upacara-upacara adat, bahkan digunakan pada pengobatan orang sakit. Tapi saat ini, kain sasirangan peruntukannya tidak lagi untuk spiritual sudah menjadi pakaian untuk kegiatan sehari-hari, dan merupakan ciri khas sandang dari Kalsel. Di Kalsel, kain sasirangan merupakan salah satu kerajinan khas daerah yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Kata “Sasirangan” berasal dari kata sirang (bahasa setempat) yang berarti diikat atau dijahit dengan tangan dan ditarik benangnya atau dalam istilah bahasa jahit menjahit dismoke/dijelujur. Kalau di Jawa disebut jumputan. Kain sasirangan dibuat dengan memakai bahan kain mori, polyester yang dijahit dengan cara tertentu. Kemudian disapu dengan bermacam-macam warna yang diinginkan, sehingga menghasilkan suatu bahan busana yang bercorak aneka warna dengan garis-garis atau motif yang menawan.
Asal Mula Sasirangan
Menurut sejarah sekitar abad XII sampai abad ke XIV pada masa kerajaan Dipa, di Kalimantan Selatan telah dikenal masyarakat sejenis batik sandang yang disebut Kain Calapan yang kemudian dikenal dengan nama Kain Sasirangan.
Menurut cerita rakyat atau sahibul hikayat, kain sasirangan yang pertama dibuat yaitu tatkala Patih Lambung Mangkurat bertapa selama 40 hari 40 malam di atas rakit balarut banyu. Menjelang akhir tapanya rakit Patih tiba di daerah Rantau kota Bagantung. Dilihatnya seonggok buih dan dari dalam buih terdengan suara seorang wanita, wanita itu adalah Putri Junjung Buih yang kelak menjadi Raja di Banua ini. Tetapi ia baru muncul ke permukaan kalau syarat-syarat yang dimintanya dipenuhi, yaitu sebuah istana Batung yang diselesaikan dalam sehari dan kain dapat selesai sehari yang ditenun dan dicalap atau diwarnai oleh 40 orang putri dengan motif wadi / padiwaringin. Itulah kain calapan / sasirangan yang pertama kali dibuat.
Kain Sasirangan adalah kain yang didapat dari proses pewarnaan rintang dengan menggunakan bahan perintang seperti tali, benang atau sejenisnya menurut corak-corak tertentu. Pada dasarnya teknik pewarnaan rintang mengakibatkan tempat-tempat tertentu akan terhalang atau tidak tertembus oleh penetrasi larutan zat warna. Prosesnya sering diusahakan dalam bentuk industri rumah tangga, karena tidak diperlukan peralatan khusus, cukup dengan tangan saja untuk mendapatkan motif maupun corak tertentu, melalui teknik jahitan tangan dan ikatan.
Sebagai bahan baku kainnya, yang banyak digunakan hingga saat ini adalah bahan kain yang berasal dari serat kapas (katun). Hal tersebut disebabkan karena pada mulai tumbuhnya pembuatan kain celup ikat adalah sejalan dengan proses celup rintang yang lain seperti batik dan tekstil adat. Untuk saat ini pengembangan bahan baku cukup meningkat, dengan penganekaragaman bahan baku non kapas seperti : polyester, rayon, sutera, dan lain-lain.
Desain/corak didapat dari teknik-teknik jahitan dan ikatan yang ditentukan oleh beberapa faktor, selain dari komposisi warna dan efek yang timbul antara lain : jenis benang/jenis bahan pengikat.
Dengan mengkombinasikan antara motif-motif asli yang satu dengan motif asli yang lainnya, maka kain kain sasirangan makin menarik dan kelihatan modern Selain itu motif-motif tersebut dimodifikasi sehingga menciptakan motif-motif yang sangat indah namun tidak meninggalkan ciri khasnya. Adapun corak atau motif yang dikenal antara lain Kembang Kacang, Ombak Sinapur Karang, Bintang Bahambur, Turun Dayang, Daun Jaruju, Kangkung Kaombakan, Kulit Kayu, Sarigading, Parada dll.
Produk barang jadi yang dihasilkan dari kain Sasirangan yaitu Kebaya, Hem, Selendang, Jilbab, Gorden, Taplak Meja, Sapu Tangan, Sprei dll. Penggunaan Kain Sasirangan inipun lebih meluas yaitu untuk busana pria maupun wanita yang dipakai sehari-hari baik resmi atau tidak.
Motif-Motif Kain Sasirangan
Seiring dengan semakin bertambahnya wawasan para perajin, kini motif sasirangan bervariasi dan mengakomodasi selera daerah
lain yang lebih universal. Motif-motif baru bermunculan yang dikembangkan dari motif tradisional.
Sasirangan setidaknya mengenal 19 motif, di antaranya sarigading, ombak sinapur karang (ombak menerjang batu karang),
hiris pudak (irisan daun pudak), bayam raja (daun bayam), kambang kacang (bunga kacang panjang), naga balimbur (ular naga), daun
jeruju (daun tanaman jeruju), bintang bahambur (bintang bertaburan di langit), dan kulat karikit (jamur kecil).
Ada juga motif gigi haruan (gigi ikan gabus), turun dayang(garis-garis), kangkung kaombakan (daun kangkung), jajumputan
(jumputan), kambang tampuk manggis (bunga buah manggis), dara manginang (remaja makan daun sirih), putri manangis (putri
menangis), kambang cengkeh (bunga cengkeh), awan beriring (awan sedang diterpa angin), dan benawati (warna pelangi).
Motif-motif tradisional itu kini dihidupkan kembali dengan selera populer. Motif sarigading kini dibuat lebih halus dan bahkan
telah diberi hiasan garis emas (prada). Teknik prada tersebut merupakan adopsi dari teknik prodo yang dikenal pada batik.
Bahan-Bahan Pembuatan Kain Sasirangan
a. Kain
Pada awalnya, bahan baku untuk membuat kain adalah serat kapas (katun). Dalam perkembangannya, bahan baku kain Sasirangan tidak hanya kapas, tetapi juga non kapas, seperti: polyester, rayon, sutera, dan lain-lain (www.sinarharapan.co.id).
b. Pewarna
Secara umum, ada dua macam bahan yang digunakan sebagai pewarna, yaitu pewarna alami dan kimiawi. (1) bahan pewarna alami, di antaranya adalah: daun pandan, temulawak, dan akar-akar seperti kayu kebuau, jambal, karamunting, mengkudu, gambir, dan air pohon pisang. (2) bahan pewarna kimiawi. Oleh karena bahan-bahan pewarna alami sulit didapat dan prosesnya sangat lama (hingga berhari-hari), maka para pengrajin kain Sasirangan banyak beralih menggunakan pewarna kimia, selain bahan bakunya mudah didapat, prosesnya pewarnaannya juga lebih mudah dan cepat.
Jenis zat pewarna kimiawi yang sering digunakan antara lain: warna direct, warna basis, warna asam, warna belerang, warna hydron, warna bejana, warna bejana larut, warna napthol, warna disperse, warna reaktif, warna rapid, warna pigmen dan warna oksidasi. Selain itu, untuk menambah kesan anggun dan mewah juga digunakan zat warna prada (http://ikm.depperin.go.id dan http://rubiyah.com).
c. Perintang atau pengikat
Selain kedua jenis bahan utama di atas, bahan lain yang diperlukan dalam pembuatan kain Sasirangan adalah bahan perintang atau pengikat. Bahan perintang tersebut biasanya terbuat dari benang kapas, benang polyester, rafia, benang ban, serat nanas dan lainnya.
Fungsi bahan perintang tersebut adalah untuk menjaga agar bagian-bagian tertentu dari kain terjaga dari warna yang tidak diinginkan. Oleh karenya, bahan perintang harus mempunyai spesifikasi khusus, di antaranya adalah (http://rubiyah.com):
Tidak dapat terwarnai oleh zat warna, sehingga mampu menjaga bagian-bagian tertentu dari zat warna yang tidak diinginkan.
Mempunyai konstruksi anyaman maupun twist yang padat.
Mempunyai kekuatan tarik yang tinggi.
Proses Pembuatan Kain Sasirangan
Kata Sasirangan berasal dari kata sirang yang berarti diikat atau dijahit dengan tangan dan ditarik benangnya, atau dalam istilah bahasa jahit-menjahit disebut dismoke/dijelujur. Kemudian kain yang telah dismoke disapu dengan bermacam-macam warna yang diinginkan, sehingga menghasilkan suatu bahan busana yang bercorak aneka warna dengan garis-garis atau motif yang menawan. Adapun proses pembuatan kain Sasirangan adalah sebagai berikut:
a. Penyiapan bahan kain dan pewarna.
Tahapan paling awal pembuatan kain Sasirangan adalah pengadaan kain dan pewarna kain. Saat ini, telah tersedia banyak macam kain yang siap pakai, sehingga untuk membuat kain Sasirangan tidak perlu lagi dimulai dengan pemintalan kapas.
Hanya saja, biasanya kain-kain yang dijual ditoko kain sudah difinish atau dikanji. Padahal, kanji tersebut dapat menghalangi penyerapan kain terhadap zat pewarna. Oleh karenanya, langkah pertama yang harus dilakukan adalah penghilangan kanji dari kain.
Untuk menghilangkan kanji, ada tiga cara yang dapat dilakukan, yaitu: (1) Direndam dengan air. Kain yang hendak dibuat Sasirangan direndam dalam air selama satu atau dua hari, kemudian dibilas. Namun cara ini tidak banyak disukai, karena prosesnya terlalu lama dan ada kemungkinan timbul mikro organisme yang dapat merusak kain. (2) Direndam dengan asam. Kain direndam dalam larutan asam sulfat atau asam chlorida selama satu malam, atau hanya membutuhkan waktu dua jam jika larutan zat asam tersebut dipanaskan pada suhu 350 C. Setelah itu, kain dibilas dengan air sehingga kain terbebas dari zat asam. (3) Direndam dengan enzym. Bahan kain yang hendak dibuat Sasirangan dimasak dengan larutan enzym (Rapidase, Novofermasol dan lain-lain) pada suhu sekitar 450 C selama 30 s/d 45 menit. Setelah itu, kain direndam dalam air panas dua kali masing-masing 5 menit, dan kemudian dicuci dengan air dingin sampai bersih.
b. Pengadaan pewarna kain
Selain pengadaan kain, hal lain yang harus dipersiapkan adalah zat pewarna, baik yang alami atau kimiawi. Kecermatan penggunaan pewarna merupakan hal yang sangat penting dalam pembuatan kain Sasirangan. Oleh karenaya, dalam pengadaan pewarna harus memperhatikan hal-hal berikut:
- Harus mempunyai warna sehingga dapat meng-absorbs cahaya.
- Dapat larut dalam air atau mudah dilarutkan.
- Zat warna harus mempunyai affinitas terhadap serat (dapat menempel), tidak luntur, dan tahan terhadap sinar matahari.
- Zat warna harus dapat berdifusi pada serat.
- Zat warna harus mempunyai susunan yang stabil setelah meresap ke dalam serat.
c. Pembuatan pola desain dan jahitan
Setelah kain bersih dari kanji, maka tahap selanjutnya adalah pemotongan dan penjahitan. Adapun prosesnya sebagai berikut:
Kain dipotong-potong sesuai dengan kebutuhan. Jika yang hendak dibuat adalah kain Sasirangan untuk selendang, maka kain dipotong sesuai ukuran selendang yang hendak dibuat.
Setelah itu, dilanjutkan dengan pembuatan pola motif. Kemudian pola motif tersebut dijahit (dismoke) menggunakan benang (atau bahan perintang lainnya) dengan jarak 1 - 2 mm atau 2 -3 mm.
Benang pada setiap jahitan-jahitan pola tersebut ditarik kencang sampai rapat dan membentuk kerutan-kerutan.
d. Pewarnaan pada kain
Setelah pola kain dijahit, maka tahap selanjutnya adalah pewarnaan. Pewarnaan merupakan proses yang cukup rumit sehingga membutuhkan keahlian khusus. Pewarnaan tidak bisa dilakukan dengan sembarangan, tetapi harus dilakukan secara teliti dan cermat berdasarkan kepada jenis kain dan kombinasi warna yang akan dibuat. Dengan ketelitian dan kecermatan, maka akan dihasilkan sebuah kombinasi warna yang elok dan anggun.
Secara garis besar, proses pewarnaan kain Sasirangan adalah sebagai berikut:
Zat pewarna yang hendak digunakan dilarutkan menggunakan air, atau medium lain yang dapat melarut zat warna tersebut.
Kemudian kain yang telah dismoke dimasukkan ke dalam larutan zat pewarna atau dengan dicolet (seperti membatik) dengan larutan tersebut sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat. Ada tiga cara pewarnaan kain Sasirangan, yaitu: (1) Pencelupan. Tehnik pencelupan digunakan apabila yang diinginkan hanya satu warna saja. Kain yang dicelup ke dalam larutan zat pewarna akan mempunyai satu warna yang rata kecuali pada bagian kain yang dijahit/dismoke akan tetap berwarna putih. (2) Pencoletan. Kain pada bagian yang telah dismoke ataupun di antara smoke-smoke diwarnai dengan cara dicolet. Pewarnaan dengan cara dicolet biasanya dilakukan apabila motif yang dibuat memerlukan banyak warna (lebih dari satu warna). Tentu saja, waktu yang dibutuhkan akan lebih lama dari sistem celupan. (3) Pencelupan dan Pencoletan. Cara ini menggabungkan kedua tehnik di atas. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan cara mencelupkan kain. Biasanya cara ini digunakan untuk membuat warna dasar pada kain. Kemudian dicolet dengan variasi warna sebagaimana telah direncanakan.
Setelah itu diteliti dengan seksama tingkat kerataan pewarnaannya. Caranya ini harus dilakukan agar hasilnya maksimal.
e. Pelepasan Jahitan
Setelah proses pewarnaan kain Sasirangan selesai, kemudian kain dicuci sampai bersih dengan menggunakan air dingin.
Selanjutnya jahitan-jahitan pada kain dilepas.
Kain yang sudah dicuci kemudian dijemur, tetapi tidak boleh terkena sinar matahari langsung.
f. Finisihing
Proses terakhir dari pembuatan kain Sasirangan adalah proses penyempurnaan, yaitu merapikan kain agar tidak kumal. Untuk merapikan kain, biasanya dengan menggunakan strika.
(pembuatan kain Sasirangan dengan cara-cara mistis dan untuk keperluan penyembuhan dalam proses pengumpulan data).
Dari pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa kain Sasirangan merupakan salah satu bentuk pengejawantahan dari local knowledge (pengetahuan lokal) masyarakat Kalimantan Selatan. Dengan kata lain, dengan “membaca” kain Sasirangan, maka akan diketahui beraneka macam nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Kalimantan Selatan. Di antara nilai-nilai tersebut adalah: nilai keyakinan, nilai budaya, dan nilai ekonomi.
Pertama, nilai keyakinan. Dengan meneroka sejarah keberadaan kain Sasirangan, maka akan diketahui pola perkembangan keyakinan masyarakat Kalimantan Selatan. Keyakinan masyarakat bahwa kain tersebut pertama kali dibuat oleh Patih Lambung Mangkurat untuk memenuhi permintaan Putri Junjung Buih sebagai prasayarat untuk menampakkan diri, menunjukkan bahwa kain Sasirangan mempunyai nilai supranatural. Oleh karenanya, masyarakat Kalimantan Selatan juga meyakini bahwa kain ini mempunyai kekuatan untuk mengusir roh-roh jahat. Keyakinan tersebut secara jelas menunjukkan bahwa kain ini merupakan pengejawantahan dari keyakinan masyarakat Kalimantan Selatan.
Kedua, nilai budaya. Kain Sasirangan merupakan salah satu bentuk pencapaian kebudayaan masyarakat Kalimantan Selatan. Pemilihan bahan, cara pewarnaan, warna yang digunakan, dan pembuatan motif-motifnya, merupakan pengejawantahan dari hasil membaca dan memahami masyarakat Kalimantan Selatan terhadap alam dan fenomenanya. Selain itu, munculnya motif-motif kombinasi juga menunjukkan kreatifitas orang Kalimantan Selatan. Dengan kata lain, kain Sasirangan merupakan hasil dari pemikian masyarakat Kalimantan Selatan yang termanifestasi dalam produk yang memiliki nilai kultural.
Ketiga, nilai ekonomis. Seiring perkembangan zaman, masyarakat semakin menyadari adanya potensi ekonomi yang terkandung dalam kain Sasirangan. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya penggunaan kain Sasirangan, dari sekedar alat pengusir roh-roh jahat menjadi berbagai macam aneka produk, seperti baju pesta, sandal, tas, dan dompet. Selain itu, semakin dihargainya hasil kerajinan lokal memberikan nilai tambah ekonomis pada Sasirangan. Namun demikian, harus juga diperhatikan bahwa ekonomisasi tanpa memahami spirit yang terkandung dalam Sasirangan dapat menghilangkan “ruh” yang ada di dalamnya. Penggunaan pewarna kimiawi misalnya, mungkin saja akan lebih mengefektifkan pembuatan kain Sasirangan, tetapi juga harus disadari bahwa penggunaan pewarna kimia dapat merusak nilai-nilai lokal yang terkandung dalam kain Sasirangan.
sumbeer : http://www.urangbanua.com/obyek-wisata-banjarmasin-kalimantan-selatan.html
Langganan:
Postingan (Atom)