Selasa, 26 Februari 2013

17 Orang yang Dianggap Mati Khusnul Khatimah

17 Orang yang Dianggap Mati Khusnul Khatimah

Assalamu'alaikum..
Berikut ini adalah orang-orang yang bisa dikategorikan mati khusnul khatimah atau mati dalam keadaan baik.

1. Sempat mengucap dua kalimah syahadat.

2. Berpeluh didahi.
Sabda Rasulullah:
”Bahwa matinya seseorang mukmin itu dengan keluarnya peluh didahi”,
Riwayat oleh Ahamd dan Termidzi.

3. Mati pada malam atau hari Jumaat.
Sabda Rasulullah:
"Tidak seorang muslim pun yang mati pada hari atau malam Jumaat melainkan Allah akan menjaganya dari fitnah kubur."

4. Mati di medan perang karena membela agama Allah.

5. Bagi orang yang mati syahid ada 6 kelebihan:
- Akan diampuni dengan serta merta dosanya serta diperlihatkan tempat duduknya di surga (kecuali mereka yang masih ada urusan hutang).
- Diselamatkan dari seksa kubur.
- Aman dari ketakutan yang teramat besar dan dahsyat.
- Diperhiasi dengan iman.
- Dikahwinkan dengan bidadari (semiskin – miskin ialah 49 bidadari).
- Dapat memberi syafaat kepada 70 orang keluarganya. Riwayat oleh Termizi, Ahamd dan Ibnu Majah.

6. Mati karena melahirkan anak.

7. Mati karena taun,
Sabda Rasulullah, “taun itu satu kematian syahid bagi setiap mukmin”. (Hendaklah ia sabar dan redha menganggungnya). Riwayat oleh Muslim.

8. Mati akibat sakit perut maka ia mati syahid,
sabda Rasulullah. Dan barang siapa mati karena sakit perut maka ia mati syahid”.
Riwayat oleh Muslim.

9. Mati tengelam dan tertimbus oleh bangunan.

10. Mati terbakar. Riwayat Tabrani.

11. Mati dalam nifas. Riwayat At Tabrani.

12. Mati kerana sakit TB.
Sabda Rasulullullah, "orang yang mati karena menanggung penyakit kurus kering ia mati syahid."
Riwayat Tabrani.

13. Mati akibat luka perang di jalan Allah.
Sabda Rasulullah :
"Barangsiapa yang luka karena perang di jalan Allah itu mati, maka berarti ia syahid, atau kena pijak oleh unta atau kudanya atau ia mati ditempat tidurnya (setelah berperang itu) dengan sebab apa – apa pun yang dikehendaki oleh Allah, maka sesungguhnya ia adalah mati syahid dan akan masuk syurga".
Riwayat Daud.

14. Mati mempertahankan harta. Riwayat Bokhari.

15. Mati karena mempertahankan diri.
Sabda Rasulullah "Barangsiapa terbunuh karena mempertahankan darahnya (dirinya) maka ianya mati syahid."” Riwayat Abu Daud.

16. Mati dalam bersiap – siap untuk berperang dijalan Allah.

17. Mati ketika sedang beramal soleh seperti sedang menuntut ilmu(ilmu yang dibolehkan oleh Islam) dimasjid atau sedang berdakwah..

Dari Abu Laith berkata:
“Barangsiapa yang ingin selamat dari siksa kubur maka haruslah ia
melazimi 4 perkara dan meninggalkan 4 perkara:
1. Menjaga sembahyang 5 waktu.
2. Banyak bersedekah.
3. Banyak membaca Al Quran.
4. Banyak bertasbih.

Dan hendaklah ia meninggalkan:
1. Meninggalkan dusta.
2. Meninggalkan sifat khianat.
3. Meninggalkan sifat mengadu – domba.
4. Mejaga Kencing.

Sumber: http://kisahislamiah.blogspot.com/2012/12/17-orang-yang-dianggap-mati-khusnul.html

Dialog Pendeta dan Pemuda Arab

Assalamu'alaikum wr.wb.
Kisah dan dialog berikut bersumber pada Mausu’ah al-Qishash al-Waqi’ah.

Ada seorang pemuda arab yang baru saja menyelesaikan bangku kuliahnya di Amerika. Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah berupa pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya.
Selain belajar, ia juga seorang juru dakwah Islam. Ketika berada di Amerika, ia berkenalan dengan salah seorang Nasrani. Hubungan mereka semakin akrab, dengan harapan semoga Allah SWT memberinya hidayah masuk Islam.


Add caption

KISAHNYA.
Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di Amerika dan melintas di dekat sebuah gereja yang terdapat di kampung tersebut. Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam gereja. Semula ia berkeberatan. Namun karena ia terus mendesak akhirnya pemuda itupun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka. Ketika pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghormatan lantas kembali duduk.

Di saat itu si pendeta agak terbelalak ketika melihat kepada para hadirin dan berkata,
"Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini."
Pemuda arab itu tidak bergeming dari tempatnya. Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap tidak bergeming dari tempatnya.

Hingga akhirnya pendeta itu berkata,
"Aku minta ia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya."
Barulah pemuda ini beranjak keluar.

Di ambang pintu ia bertanya kepada sang pendeta, "Bagaimana Anda tahu bahwa saya seorang muslim."
Pendeta itu menjawab, "Dari tanda yang terdapat di wajahmu."
Kemudian ia beranjak hendak keluar. Namun sang pendeta ingin memanfaatkan keberadaan pemuda ini, yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan, tujuannya untuk memojokkan pemuda tersebut dan sekaligus mengokohkan markasnya. Pemuda muslim itupun menerima tantangan debat tersebut.

Sang pendeta berkata, "Aku akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan anda harus menjawabnya dengan tepat."
Si pemuda tersenyum dan berkata, "Silahkan...!"

Pertanyaan
Sang pendeta pun mulai bertanya,
"Sebutkan satu yang tiada duanya, dua yang tiada tiganya, tiga yang tiada empatnya, empat yang tiada limanya, lima yang tiada enamnya, enam yang tiada tujuhnya, tujuh yang tiada delapannya, delapan yang tiada sembilannya, sembilan yang tiada sepuluhnya, sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh, sebelas yang tiada dua belasnya, dua belas yang tiada tiga belasnya, tiga belas yang tiada empat belasnya."

Sang pendeta melanjutkan pertanyaannya,
"Sebutkan sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh!
Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?
Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga?
Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyukainya?
Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu!
Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api?
Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yang diadzab dengan batu dan siapakah yang terpelihara dari batu?
Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar!
Pohon apakah yang mempunyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari?"

Jawaban

Mendengar pertanyaan tersebut pemuda itu tersenyum dengan senyuman mengandung keyakinan kepada Allah. Setelah membaca basmalah ia berkata,
1. Satu yang tiada duanya ialah Allah SWT.
2. Dua yang tiada tiganya ialah malam dan siang. Allah SWT berfirman,
"Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami)."
(Al-Isra’: 12).

3. Tiga yang tiada empatnya adalah kekhilafan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil dan ketika menegakkan kembali dinding yang hampir roboh.

4. Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur’an.

5. Lima yang tiada enamnya ialah shalat lima waktu.

6. Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah hari ketika Allah Subhanahuwata’ala menciptakan makhluk.

7. Tujuh yang tiada delapannya ialah langit yang tujuh lapis. Allah Subhanahuwata’ala berfirman, "Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang."
(Al-Mulk: 3).

8. Delapan yang tiada sembilannya ialah malaikat pemikul Arsy ar-Rahman.
Allah SWT berfirman,
"Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Rabbmu di atas (kepala) mereka."
(Al-Haqah: 17).

9. Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Musa as, tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang.

10. Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah kebaikan. Allah SWT berfirman,
"Barangsiapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat."
(Al-An’am: 160).

11. Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah saudara-saudara Nabi Yusuf as.

12. Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah mu’jizat Nabi Musa as yang terdapat dalam firman Allah,
"Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, ‘Pukullah batu itu dengan tongkatmu.’ Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air."
(Al-Baqarah: 60).

13. Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah saudara Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.

14. Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Shubuh. Allah SWT berfirman,
"Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menyingsing."
(At-Takwir: 18).

15. Kuburan yang membawa isinya adalah ikan yang menelan Nabi Yunus as.

16. Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Yusuf as, yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya, "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala."
Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka, "tak ada cercaaan terhadap kalian."
Dan ayah mereka Ya’qub berkata, "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

17. Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara keledai.
Allah SWT berfirman,
"Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai."
(Luqman: 19).

18. Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapak dan ibu adalah Nabi Adam, malaikat, unta Nabi Shalih dan kambing Nabi Ibrahim.

19. Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim.
Allah SWT berfirman, "Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim."
(Al-Anbiya’: 69).

20. Makhluk yang terbuat dari batu adalah unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentara bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua).

21. Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah tipu daya wanita, sebagaimana firman Allah SWT,
"Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar."
(Yusuf: 28).

22. Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari adalah bermakna: Pohon adalah tahun, ranting adalah bulan, daun adalah hari dan buahnya adalah shalat yang lima waktu, tiga dikerjakan di malam hari dan dua di siang hari.

Pendeta dan para hadirin merasa takjub mendengar jawaban pemuda muslim tersebut. Kemudian ia pamit dan beranjak hendak pergi. Namun ia mengurungkan niatnya dan meminta kepada pendeta agar menjawab satu pertanyaan saja. Permintaan ini disetujui oleh sang pendeta.

Pemuda ini berkata, "Apakah kunci surga itu?"
Mendengar pertanyaan itu lidah sang pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rona wajahnya pun berubah. Ia berusaha menyembunyikan kekhawatirannya, namun hasilnya nihil. Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya agar menjawab pertanyaan tersebut, namun ia berusaha mengelak.

Mereka berkata, "Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan semuanya ia jawab, sementara ia hanya memberimu satu pertanyaan namun anda tidak mampu menjawabnya!"
Pendeta tersebut berkata, "Sungguh aku mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, namun aku takut kalian marah."
Mereka menjawab, "Kami akan jamin keselamatan anda."
Sang pendeta pun berkata, "Jawabannya ialah: Asyhadu an La Ilaaha Illallaah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah."

Lantas sang pendeta dan orang-orang yang hadir di gereja itu memeluk agama Islam.
Sungguh Allah telah menganugrahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa.

Subhanalloh...

Sumber: http://kisahislamiah.blogspot.com/2012/12/dialog-pendeta-dan-pemuda-arab.html

Senin, 25 Februari 2013

Dialog antara Iblis dan Nabi Isa

Dialog antara Iblis dan Nabi Isa

Kisah Islamiah sore dengan dialog antara Iblis dan Nabi Isa as.
Nabi Isa as menyatakan bahwa dirinya bukanlah Tuhan, melainkan hanya hamba Allah SWT seperti kebanyakan Nabi dan Rasul lainnya.


Kisahnya.
Pada suatu hari Nabi Isa as bertemu dengan iblis laknatullah dan terjadilah percakapan antara keduanya.

Dialog Pertama
Iblis: Wahi Isa bin Maryam, dari sifat Ketuhanan itu sampai engkau mampu berbicara ketika engkau masih bayi. Padahal tak seorang pun yang mampu berbicara seperti engkau sebelum kamu.
Nabi Isa as: Yang memiliki sifat Ketuhanan itu adalah Dzat yang membuat saya mampu berbicara dan Dzat yang mematikan saya, kemudian menghidupkan saya kembali.

Iblis: Bukan begitu maksudku, akan tetapi engkaulah orang yang telah sampai pada tingkat menjadi Tuhan sehingga engkau mampu menghidupkan orang yang telah meninggal dunia.
Nabi Isa as: Bukan begitu, sifat Ketuhanan itu adalah milik ALlah SWT sebagai Dzat yang menghidupkan dan mematikan orang yang saya matikan lalu dihidupkan Allah SWT.
(Jadi bukan saya yang menghidupkan, maksud-red).
Saya hanya perantara saja.
Iblis: Demi Allah, engkau adalah Tuhan di langit dan Tuhan di bumi.

Begitu iblis berbicara demikian, maka turunlah Malaikat Jibril yang dengan sayapnya, Iblis dipukul sampai ke matahari. Lalu ada pukulan sayap yang kedua iblis terlempar sampai ke sumber air panas lalu dilempar lagi sampai ke lautan yang ke tujuh.

Dialog ke Dua
Ketika Nabi Isa as mengerjakan shalat di Baitul Maqdis, ia ditemui oleh iblis dan berkata,
"Sesungguhnya engkau tidak pantas menjadi seorang hamba, sebaiknya engkau menjadi Tuhan."
Namun Nabi Isa as selalu berusaha melepaskan diri dari gangguan iblis terlaknat itu, namun masih belum bisa terlepas.

Kemudian Iblis berkata lagi,
"Tidak patut engkau menjadi hamba."
Nabi Isa as lalu memohon pertolongan kepada Allah SWT dan kemudian Jibril datang bersama Mikail. Iblis dikepung lalu iblis dihantam dengan sayap Malaikat Jibril dan dibuang ke lembah jurang.

Iblis tidak kenal menyerah dan putus asa dalam menjalankan tugasnya.
Iblis lalu datang lagi kepada nabi Isa as, karena iblis tahu bahwa kedua malaikat itu tidak diutus kecuali hanya untuk itu saja, lainnya tidak.

Iblis mengulangi ucapnnya kepada Nabi Isa as bahwa Nabi Isa as tidak patut menjadi hamba.
Iblis berkata,
"Aku tahu apa yang terjadi ketika engkau marah. Aku mengajakmu untuk sesuatu yang memang seharusnya menjadi hakmu yaitu memerintah setan supaya setan itu tunduk kepadamu, sebab apabila manusia mengetahui bahwa setan-setan itu tunduk kepadamu, maka manusia pun lalu taat kepadamu dan menyembahmu."

"Aku tidak mengatakan bahwa engkau adalah Tuhan dan tidak ada Tuhan yang lain. tetapi maksud saya engkau adalah Tuhan di bumi dan Allah SWT Tuhan di langit."
Mendengar perkataan iblis yang demikian itu, Nabi Isa as berteriak sekeras-kerasnya hingga Malaikat Israfil turun ke bumi.

Malaikat Jibril dan Mikail yang melihat hal itu segera menangkap iblis kemudian Malaikat Israfil menghantam iblis dengan sayapnya lalu dibuang ke matahari. Nabi Isa as kemudian pergi, tapi masih sempat saja iblis menggoda.
"Wahai Isa, aku bertemu engkau pada hari ini mengalami kesulitan yang sangat luar biasa."

Dialog Ketiga.
Iblis laknatullah masih juga belum kapok meskipun telah dihantam sayap malaikat.
Pada suatu hari, iblis menemui lagi Nabi Isa as dan terjadilah percakapan lagi.

Nabi Isa as: Apakah kamu tidak tahu bahwa sesuatu tidak akan emnimpamu kecuali jika telah ditakdirkan kepadamu?
Iblis: Sekarang coba saja naik ke puncak gunung sana lalu jatuhkan tubuhmu dari puncak gunung itu, apakah engkau hidup atau mati?
Nabi Isa as: Apakah kamu belum mengetahui bahwa Allah SWT berfirman,
"Janganlah hambaKu mengujiKu, karena Aku berbuat sesuatu atas kkemauanKu."
maksudnya adalah jika ALlah SWT menghendaki masih hidup, maka tidak akan mati orang yang terjun dari puncak gunung. Karena hamba tidak bisa menguji Tuhannya tetapi Tuhanlah yan menguji hambaNya.

Iblis: Apakah kamu tidak mengatakan benar? Cobalah ambillah wadah lampu, kemudian pukulkan ke tubuhmu, tentu engkau akan kesakitan bukan?
Nabi Isa as: Kamu ini celaka, bukankah Allah SWT telah melarang seseorang untuk memohon atas kerusakan tubuh.

Dari Kisah Islamiah, dialog antara Nabi Isa as dan Iblis tersebut dapat diambil pelajaran bahwa segala sesuatu yang terjadi dan yang akan terjadi adalah merupakan kekuasaan dan kehendalk ALlah SWT.
Siapapun dia, bagaimanapun hebatnya, tidak akan mampu lari dari takdir Allah SWT>

Sumber: http://kisahislamiah.blogspot.com/2012/01/dialog-antara-iblis-dan-nabi-isa.html

Istri Nabi Muhammad difitnah Selingkuh

Istri Nabi difitnah Selingkuh

Ummul Mukminin, Siti Aisyah ra pernah difitnah berselingkuh dengan salah seorang sahabat.
Fitnah itu sempat mengubah sikap Rasulullah SAW kepada Aisyah hingga turunlah surat An-Nur ayat 11-26 yang menyatakan Aisyah terbebas dari selingkuh.
Sungguh fitnah yang sangat keji, Rasulullah SAW adalah orang yang paling baik, maka pastilah wanita yang baik pula yang emnjadi istri Beliau.
Ingat Surat An-Nur ayat 26. Jadi, tidaklah mungkin Wanita Teladan kaum muslimin Siti Aisyah ra berselingkuh.

Kisahnya.
Dalam menerima wahyu,ada kalanya wahyu yang berupa ayat-ayatAL Qur'an itu turun untuk menjawab berbagai pertanyaan para sahabat. Ada juga kisah-kisah umat terdahulu, masalah hukum, ibadah, pergaulan sehari-hari sampai persoalan rumah tangga/

Namun, ternyata Rasulullah SAW pernah tidak menerima wahyu sama sekali dalam waktu sekitar satu bulan. Salah satunya adalah pada saat adanya fitnah oelh salah seorang munafik yang ingin merusak rumah tangga beliau dengan istrinya, SIti Aisyah ra.

Fitnah itu terjadi saat berakhirnya perang antara kaum muslimin dengan Bani Musthakiq pada bulan Sya'ban tahun 5 hijriyah. Peperangan ini diikuti oelh sejumlah kaum munafik, istri Rasul SAW, Siti Aisyah turut pua dengan Rasulullah SAW.

Kehilangan Kalung.
Dalam perjalanan pulang saat kembali dari peperangan, rombongan kaum muslimin berhenti di suatu tempat di dekat Kota Madinah. Saat itulah Siti Aisyah menyadari bahwa kalungnya telah putus dan hilang. Maka, Siti Aisyah yang biasanya ditandu, segera kembali ke tendanya untuk mencari kalung yang hilang tersebut. Sementara, orang-orang yang membawa tandu Siti Aisyah tidak menyadari bahwa beliau tidak berada di dalamnya.

Setelah sekian lama ia mencari kalung tersebut,namun kalung itu tak ditemukannya. Karena itulah Siti Aisyah kembali emnuju tandunya. Namun, ketika sampai ia telah ditinggalkan rombongannya. Maka, Siti Aisyah hanya bisa pasrah. Ia berharap ada rombongan kaum muslimin yang kembali.
Terlalu lama menungu, akhirnya Siti Aisyah terserang kantuk hingga akhirnya tertidur.

Tanpa diduga, di saat itu muncullah salah seorang anggota rombongan yang bernama Shafwan bin Mu'athal as-Sulami adz-Dzakwani ra lewat. Shafwan ini bertugas sebagai anggota pasukan paling belakang. Melihat ada orang yang tertinggal, Shafwan segera menjenguknya. Namun, setelah mengetahui yang tertinggal itu adalah Ummul Mukminin, Siti Aisyah ra, Shafwan pun berkata,
"Innalillahi Wa inna Ilaihi Roji'un," kata Shafwan dengan terkejut.

Shafwan pun segera memberikan tunggangan untanya kepada Siti Aisyah ra. Sedangkan Shafwan sendiri berjalan kaki sambil menuntun unta yang ditunggangi oleh Siti Aisyah ra.
Mereka berdua kahirnya berhasil menyusul rombongan kaum muslimin yang sedang beristirahat.

Wahyu dari Allah SWT.
Orang-orang yang menyaksikan kedatangan Ummul Mukminin bersama Shafwan, muncullah desas-desus terhadap hubungan keduanya.
Orang munafik seperti Abdullah bin Ubay bin Salul memfitnah bahwa Siti Aisyah telah berselingkuh dengan Shafwan. Fitnahitu dengan cepat beredar hingga di Madinah sehingga menimbulkan kegoncangan di kalanagn kaum Muslimin.

Karena tuduhan berselingkuh tersebut, sampai-sampai Rasululah SAW menunjukkan perubahan sikap atas diri Aisyah.Diceritakan Aisyah, karena peristiwa itu dirinya akhirnya jatuh sakit.

"Saat itu yang membuatku bingung ketika aku sakit,aku tidak melihat kelembutan dari Nabi SAW seperti biasa yang aku lihat ketika aku sakit. Beliau hanya mengucapkan salam, lalu bertanya,"Bagaimana keadaanmu," kemudian pergi," kata Siti Aisyah yang terdapat pada kitab An-Nihayah fi Gharib al-Hadits.

Kondisi fitnah itu tentu menyebar hingga mencapai satu bulan lamanya.
Dan selama itu pula, tak ada wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW.Sampai kemudian, Allah SWT mengabarkan berita gembira kepada Nabi SAW yang menyatakan bahwa Aisyah ra terbebas dari segala tuduhan perselingkuhan dan fitnah itu.

Penegasan Allah SWT itu ternagkum dalam Al Qur'an, Surat An-Nur ayat 11-26.
Dengan turunnya ayat tersebut, terbebaslah Siti Aisyah ra dari tuduhan keji itu, hingga berbahagialah Rasululah SAW beserta sahabat-sahabat setianya.




Dalil tentang kisah di atas adalah Surat An-Nur: 11--26 berikut ini:


إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالإفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ لا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الإثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ ١١
لَوْلا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَذَا إِفْكٌ مُبِينٌ ١٢
لَوْلا جَاءُوا عَلَيْهِ بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَإِذْ لَمْ يَأْتُوا بِالشُّهَدَاءِ فَأُولَئِكَ عِنْدَ اللَّهِ هُمُ الْكَاذِبُونَ ١٣
وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ لَمَسَّكُمْ فِي مَا أَفَضْتُمْ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ ١٤
إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُمْ مَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ ١٥
وَلَوْلا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ قُلْتُمْ مَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَتَكَلَّمَ بِهَذَا سُبْحَانَكَ هَذَا بُهْتَانٌ عَظِيمٌ ١٦)
يَعِظُكُمُ اللَّهُ أَنْ تَعُودُوا لِمِثْلِهِ أَبَدًا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ ١٧)
وَيُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الآيَاتِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ ١٨)
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ ١٩)
وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ وَأَنَّ اللَّهَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ ٢٠)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ٢١)
وَلا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَى وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ ٢٢)
إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ ٢٣
يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ٢٤)
يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللَّهُ دِينَهُمُ الْحَقَّ وَيَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ الْمُبِينُ ٢٥)
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ ٢٦)

Artinya:
11. Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat Balasan dari dosa yang dikerjakannya. dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar[1031].

12. mengapa di waktu kamu mendengar berita bohon itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata."

13. mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Olah karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi Maka mereka Itulah pada sisi Allah orang- orang yang dusta.

14. Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu.

15. (ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal Dia pada sisi Allah adalah besar.

16. dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha suci Engkau (ya Tuhan kami), ini adalah Dusta yang besar."

17. Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman.

18. dan Allah menerangkan ayat-ayatNya kepada kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

19. Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang Amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.

20. dan Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua, dan Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar).

21. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

22. dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang[1032],

23. Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah[1033] lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar,

24. pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.

25. di hari itu, Allah akan memberi mereka Balasan yag setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang benar, lagi yang menjelaskan (segala sesutatu menurut hakikat yang sebenarnya).

26. wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)[1034].

Keterangan ayat:
[1031] Berita bohong ini mengenai istri Rasulullah s.a.w. 'Aisyah r.a. Ummul Mu'minin, sehabis perang dengan Bani Mushtaliq bulan Sya'ban 5 H. Perperangan ini diikuti oleh kaum munafik, dan turut pula 'Aisyah dengan Nabi berdasarkan undian yang diadakan antara istri-istri beliau. dalam perjalanan mereka kembali dari peperangan, mereka berhenti pada suatu tempat. 'Aisyah keluar dari sekedupnya untuk suatu keperluan, kemudian kembali. tiba-tiba Dia merasa kalungnya hilang, lalu Dia pergi lagi mencarinya. Sementara itu, rombongan berangkat dengan persangkaan bahwa 'Aisyah masih ada dalam sekedup. setelah 'Aisyah mengetahui, sekedupnya sudah berangkat Dia duduk di tempatnya dan mengaharapkan sekedup itu akan kembali menjemputnya. Kebetulan, lewat ditempat itu seorang sahabat Nabi, Shafwan Ibnu Mu'aththal, diketemukannya seseorang sedang tidur sendirian dan Dia terkejut seraya mengucapkan: "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, isteri Rasul!" 'Aisyah terbangun. lalu Dia dipersilahkan oleh Shafwan mengendarai untanya. Syafwan berjalan menuntun unta sampai mereka tiba di Madinah. orang-orang yang melihat mereka membicarakannya menurut Pendapat masing-masing. mulailah timbul desas-desus. kemudian kaum munafik membesar- besarkannya, Maka fitnahan atas 'Aisyah r.a. itupun bertambah luas, sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum muslimin.

[1032] Ayat ini berhubungan dengan sumpah Abu Bakar r.a. bahwa Dia tidak akan memberi apa-apa kepada kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam menyiarkan berita bohong tentang diri 'Aisyah. Maka turunlah ayat ini melarang beliau melaksanakan sumpahnya itu dan menyuruh mema'afkan dan berlapang dada terhadap mereka sesudah mendapat hukuman atas perbuatan mereka itu.

[1033] Yang dimaksud dengan wanita-wanita yang lengah ialah wanita-wanita yang tidak pernah sekali juga teringat oleh mereka akan melakukan perbuatan yang keji itu.

[1034] Ayat ini menunjukkan kesucian 'Aisyah r.a. dan Shafwan dari segala tuduhan yang ditujukan kepada mereka. Rasulullah adalah orang yang paling baik Maka pastilah wanita yang baik pula yang menjadi istri beliau.

Sumber : http://kisahislamiah.blogspot.com/2011/10/istri-nabi-difitnah-selingkuh.html

Salma Al Farisi

Pemimpin yang Dijamin Masuk Surga

Kisah Islamiah sore dengan Kisah Sahabat, seorang pemimpin yang tidak mau digaji meskipun jabatannya tergolong tinggi di Madinah. Untuk memenuhi kesehariannya, beliau menjual keranjang yang dianyam dari daun kurma.

Penghasilan tiap harinya hanya 3 dirham saja, yang satu dirham untuk modal lagi besoknya, yang 1 dirham untuk nafkah keluarganya dan yang 1 dirham disedekahkan.
Subhanallah...

Beliaulah Salma Al Farisi, seorang sahabat rasululah SAW yang terpaksa menerima jabatan sebagai pemimpin Madinah.
Karena amanah dan kejujurannya, ia salah satu sahabat yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW.
Sebuah kisah yang menyentuh hati.


Kisahnya.
Pada suatu hari, usai shalat subuh berjamaah di sebuah masjid, Rasulullah SAW memanggil sahabat-sahabatnya yang ikut berjamaah shalat subuh.
Rasulullah SAW berpesan,
"Hendaklah bagian masing-masingmu dari kekayaan dunia ini seperti bekal seorang pengembara."

Mendengar Sabda Rasulullah SAW tersebut, Salma Al Farisi duduk termenung, memikirkan apa yang telah dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW. Salma berharap bisa memenuhi pesan itu sebaik-baiknya. namun, perasaannya masih saja khawatir kalau ia telah melampui batas yang telah ditetapkan.

Padahal kalau dipikir, di dalam rumah Salman tak ada satu pun barang berharga yang dimilikinya. Salman hanya memiliki sebuah piring tempat dia makan dan baskom untuk tempat minum dan wudhu.

Meskipun demikian, Salman menganggap bahwa dirinya telah berlaku boros. Ketika hendak mendirikan rumah saja, ia takut sekali bila bangunan rumahnya tergolong bagus.
Salman berkata kepada tukang batu yang membangun rumahnya.
"Tolong untuk membangun rumah saya jangan terlalu mewah, cukup yang sederhana saja," pesan Salman kepada tukang batunya.

Mencari Rezeki Halal.
Beberapa saat berlalu, akhirnya Salman Al farisi dipaksa harus menerima jabatan sebagai Amir atau Kepala Daerah di Madinah.
Ia menerima jabatan itu, namun ia menolak untuk menerima gajinya, meski hanya satu dirham sekalipun.

Meskipun Salam sudah menjadi seorang Amir, ia tak malu-malu menganyam daun kurma untuk dijadikan bakul atau keranjang, kemudian dijualnya. Dari pekerjaan itulah Salman mendapatkan nafkahnya.

Dengan memakai pakaian yang sangat sederhana, tidak lebih dari sehelai baju luar yang agak usang, hari-harinya disibukkan oleh kegiatannya.
Untuk bahan membuat keranjang, dibelinya satu dirham dan kemudian keranjang yang sudah jadi dijualnya 3 dirham. Yang satu dirham untuk modal, satu dirham lagi untuk nafkah keluarganya, sedangkan satu dirham sisanya untuk sedekah.

Pernah suatu ketika sahabatnya menanyakan tentang kegiatannya yang sederhana itu padahal bisa saja dia menerima upah yang tinggi dan hidupnya berkecukupan. Malah Salman Al Farisi berkata,
"Seandainya Umar bin Khattab pun melarangku berbuat demikian, aku tidak akan menghentikannya."
Begitulah salah satu watak sahabat Rasulullah SAW. Kepercayaan dan keimanannya sangat tinggi, hingga Sabda Rasul pun bisa dilakukan dengan baik.

Bertemu dengan orang Syria.
Pada suatu hari ketika Salman sedang berjalan di tengah keramaian, ia didatangi oleh seorang laki-laki Syria yang membawa sepikul buah Tin dan Kurma. Rupanya barang itu terlalu berat dan melelehkan jika dipikul terus.

Melihat ada seorang laki-laki yang tampak seperti orang biasa dan dari golongan orang yang tak mampu, maka orang syria itu bermaksud menyuruhnya mengangkat buah-buahan itu dengan diberi imbalan atas jerih payahnya bila telah sampai di tempat tujuan.

Orang Syria itu memberi isyarat agar Salman mendatanginya,
"Tolong bawakan barang-barangku ini," kata orang Syria.

Pemimpin Bijaksana.
Tanpa bicara, Salman langsung mengangkat barang itu, kemudian mereka berjalan bersama di tengah keramaian.

Di tengah perjalanan, mereka berpapasan dengan sekelompok orang.
Salman memberi salam kepada mereka dan orang-orang itu berhenti sambil menjawab salamnya.
"Wa'alaikum Salam wahai Amir," kata orang-orang itu.

Mendengar jawaban salam dari orang-orang itu, orang Syria itu kaget sekaligus bingung, sebenarnya siapakah yang dipanggil dengan Amir itu.
Rasa heran kian bertambah kala berpapasan dengan sekelompok orang lagi.
"Berikan kepada kami, Wahai Amir," kata salah seorang dari mereka.

Sekarang baru tahulah orang Syria itu, bahwa yang disuruh mengangkat barangnya itu adalah Salman Al Farisi, Amir Kota Madinah.
Orang Syria itu gugup, kata-kata penyesalan dan maaf segera terlontar dari mulutnya berkali-kali. Dengan sigapnya, orang Syria itu akan mengambil barang yang dibawa Amir Madinah itu.

Namun, Salman menolaknya dengan halus.
"Tidak, sebelum aku antarkan sampai ke tujuannya," kata Salman sambil menggelengkan kepala.

Itulah Salama Al Farisi, salah seorang sahabat Rasululah SAW yang kehidupannya sangat bersahaja. tak lebih dari satu dirham setiap harinya yang diperoleh dari jerih payahnya sendiri. Dia tidak mau menerima tunjangan dari jabatan yang telah dia emban.

Akan tetapi dia lebih senang mencari nafkah sendiri dengan cara yang halal dari hasil kedua tangannya. Demikian jujur dan adilnya dalam melaksanakan amanah, akhirnya Salman Al Farisi menjadi salah satu sahabat nabi Muhammad SAW yang dijamin masuk surga.

Bagaimanakah dengan pemimpin negeri ini?
Seperti Salman Al Farisi kah?


Sumber : http://kisahislamiah.blogspot.com/2011/12/pemimpin-yang-dijamin-masuk-surga.html

kisah Nabi NUH

Ikan yang Menelan Nabi Yunus Ketakutan

Kisah Isamiah sore dengan Kisah Qur'ani.
Kisah Nabi yang telah dimakan oleh seekor ikan, dimana ikan tersebut sangat ketakutan karena begitu kerasnya dia mendengar tasbih yang diucapkan oleh seorang kekasih Allah SWT.


Kisahnya.
Nabi Yunus as pernah mengalami putus as karena dakwahnya yang terus menerus bahkan bertahun-tahun itu ditolak oleh warga Ninawa. Ia akhirnya naik kapal laut dan dimakan seekor ikan yang bernama ikan Nun (mirip ikan Paus besar).

Di dalam perut ikan itu Nabi Yunus as bertobat.
Peristiwa tobatnya Nabi Yunus terjadi pada bulan Muharam atau tepatnya tanggal 10 Muharam.

Dalam menyampaikan dakwahnya, Nabi Yunus as membimbing kaumnya untuk berbuat kebaikan serta menakutinya dengan kedahsyatan api neraka. Namun, hidayah Allah SWT belum turun kepada kaumnya sehingga tak ada seorang pun penduduk Ninawa yang beriman melainkan hanya sedikit saja.

Nabi Yunus as mulai merasakan keputusasaan dari kaumnya.
Hatinya dipenuhi dengan kemarahan pada kaum Ninawa yang tidak beriman. Kemudian Nabi Yunus as memutuskan untuk keluar dari negeri tersebut.

Nabi Yunus as lantas pergi ke tepi laut.
Saat itulah beliau seakan-akan lupa bahwa tugas seorang Nabi adalah untuk berdakwah di jalan Allah SWT. Lalu Nabi Yunus as pun menaiki sebuah kapal. Ia tidak menyadari bahwa ia lari dari ketentuan Allah SWT menuju ketentuan Allah SWT yang lain.

Perahu pun berjalan dengan tenangnya pada siang hari.
Namun, pada malam harinya, kondisi alam tiba-tiba berubah menjadi kejam. Angin bertiup sangat kencang dan akhirnya ombak pun menghantam kapal dengan kerasnya.

Dalam keadaan serba panik tersebut, tiba-tiba saja ada seekor ikan besar (ikan Nun, mirip Paus) muncul ke permukaan sehingga seluruh penumpang ingin menceburkan diri ke laut.
"Lompatlah wahai musafir yang misterisu," teriak salah seorang penumpang kepada Nabi Yunus as.

Namun Nabi Yunus as tetap saja berdiri di tempatnya sembari menjaga keseimbangan agar tidak jatuh ke laut. Namun, karena tiupan angin yang makin kencang, beliaupun tak kuasa menahan hingga jatuh ke laut.

Di permukaan laut yang luas itu, tubuh Nabi Yunus as mengambang, lalu mendekatlah seekor ikan Nun raksasa yang melahap tubuh Nabi yunus as. Kemudian ikan itu kembali lagi ke dasar laut.



Ikan dan Tumbuhan ikut Bertasbih.
Nabi Yunus as sangat terkejut karena mendapati dirinya dalam perut sebuah ikan. Dalam keadaan itulah Nabi Yunus as bertobat. Beliau mengucap banyak kalimat tasbih kepada Allah SWT.
Beliau tak henti-hentinya menangis, tidak makan, tidak minum dan tidak bergerak.

Ikan-ikan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di dasar laut mendengar tasbih Nabi Yunus as, kemudian semua makhluk laut pun berkumpul di sekitar ikan Nun sambil mengucapkan tasbih seperti kalimat tasbih Nabi Yunus as ucapkan.

Tobat Nabi Yunus as diterima Allah SWT.
Ikan yang memakan Nabi Ynus as tersentak kaget karena begitu banyaknya ikan dan tumbuhan yang mengucapkan tasbih di dekatnya.
Ikan tersebut ketakutan, hingga dia baru sadar bahwa dirinya telah memakan seorang kekasih Allah SWT. Mendengar tasbih yang merdu itu, ikan Nun pun ikut-ikutan bertasbih.

Ikan Nun sangat ketakutan, namun dalam dirinya dia berkata,
"Mengapa saya harus takut, bukankah yang memerintahkan adalah Allah SWT?"
"Tapi yang aku telan adalah kekasih-Nya, bagaimana ini?"
Dalam keadaan bimbang, ikan Nun makin mengeraskan suara tasbihnya hingga dasar laut menjadi hiruk pikuk.


Kalimat Tasbih Nabi Yunus as adalah sebagai berikut:
"Tiada Tuhan selain Engkau ya Allah Yang Maha Suci. Sesungguhnya saya termasuk orang yang menganiaya diri sendiri."

Allah SWT telah melihat ketulusan tobat Nabi Yunus as. Allah SWT menurunkan perintah kepada ikan Nun agar emngelurkan Nabi Ynus as ke permukaan laut dan membuangnya di suatu pulau yang ditentukan oleh Allah SWT.

Ikan Nun pun mentaati perintah Allah SWT.
Tubuh Nabi Ynus as kemudian dimuntahkan dan beliau terhempas ke daratan dalam keadaan kurus kering. Namun, atas izin Allah SWT, tubuh Nabi Yunus as bisa kembali sehat dan bugar.

Demikianlah kisah bertasbihnya Nabi Ynus as sehingga selamat dari ikan Paus.
Kisah ini ditegaskan dalam Al Qur'an Surat Ash-Shaaffat ayat 139-145.


وَإِنَّ يُونُسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ
إِذْ أَبَقَ إِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ
فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ
فَالْتَقَمَهُ الْحُوتُ وَهُوَ مُلِيمٌ
فَلَوْلا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ
لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
فَنَبَذْنَاهُ بِالْعَرَاءِ وَهُوَ سَقِيمٌ

Artinya:
139. Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul,
140. (ingatlah) ketika ia lari[1288], ke kapal yang penuh muatan,
141. kemudian ia ikut berundi[1289] lalu Dia Termasuk orang-orang yang kalah dalam undian.
142. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam Keadaan tercela[1290].
143. Maka kalau Sekiranya Dia tidak Termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah,
144. niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.
145. kemudian Kami lemparkan Dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam Keadaan sakit.

Keterangan:
[1288] Yang dimaksud dengan lari di sini ialah pergi meninggalkan kewajiban.
[1289] Undian itu diadakan karena muatan kapal itu sangat penuh. kalau tidak dikurangi mungkin akan tenggelam. oleh sebab itu diadakan undian. siapa yang kalah dalam undian itu dilemparkan kelaut. Yunus a.s. Termasuk orang-orang yang kalah dalam undian tersebut sehingga ia dilemparkan ke laut.
[1290] Sebab Yunus tercela ialah karena Dia lari meninggalkan kaumnya.

Sumber : http://kisahislamiah.blogspot.com/2011/12/ikan-yang-menelan-nabi-yunus-ketakutan.html

Rabu, 20 Februari 2013

Nabi Isa Menolak Disebut Tuhan

Di dalam Al Qur'an, Isa atau yang diklaim umat Kristiani sebagai Tuhan Yesus, jelas-jelas menolak jika dirinya disebut Tuhan.
Isa hanya manusia biasa yang diangkat oleh Allah SWT sebagai Nabi-Nya.


Berikut Kisah Nabi Isa as Menolak Disebut Tuhan.
Nabi Isa as diangkat menjadi nabi untuk berdakwah kepada kaum Bani Israil di Palestina.
DalamAl Qur'an, nama Isa disebut sebanyak 25 kali.
Sebagai seorang Nabi, Isa banyak dikarunia mukjizat.

Al Qur'an menceritakan keajaiban kelahiran Nabi Isa as sebagai anak Maryam tanpa ayah. Menurut kisah Al Qur'an, Maryam selalu beribadah dan telah dikunjungi oleh Malaikat Jibril. Dan Malaikat Jibril mengatakan kepada Maryam bahwa akan diberikan calon anak yang bernama Isa. Maryam sangat terkejut karena ia telah bersumpah untuk menjaga keperawanannya kepada Allah SWT.

Lalu Jibril pun menenangkan Maryam dan mengatakan bahwa perkara itu adalah perkara yang mudah bagi Allah SWT, seperti halnya dalam penciptaan Adam tanpa ibu dan bapak.
Allah SWT berfirman,

قَالَ كَذَلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِنَّا وَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا

Artinya:
Jibril berkata: "Demikianlah". Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagiku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan".
(QS. Maryam: 21).

Banyak Karunia Mukjizat
Setelah Maryam mengandung, ia mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu tempat. Di sana ia melahirkan dan beristirahat di dekat sebuah batang pohon kurma. Meskipun masih bayi, namun Nabi Isa as telah dikarunia mukjizat oleh Allah SWT. Kala itu Nabi Isa as bisa berbicara kepada ibunya untuk mengguncangkan pohon kurma sehingga buahnya berjatuhan. Di makanlah buah kurma yang lezat itu.

Maryam bersama anaknya kemudian kembali ke area penduduk. Namun saat itu Maryam dituduh telah melakukan perzinaan karena punya anak tanpa seorang ayah. Lagi-lagi Nabi Isa as yang masih bayi dapat berbicara kepada Bani Israil saat itu.
Kata-kata Nabi Isa as diabadikan dalam Al Qur'an.

قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا
وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا
وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا

Artinya:
30. berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi,
31. dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;
32. dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.
(QS. Maryam: 30-32).

Nabi Isa as diutus kepada Bani Israil untuk mengajarkan tentang ke-Esaan Allah SWT dan menyelamatkan mereka dari kesesatan.

Nabi Isa as kemudian tumbuh dewasa dengan berbagai mukjizat sebagai tanda kenabian.
Diantara mukjizat Nabi Isa as adalah:
1. Bisa berbicara waktu masih bayi.
2. Dapat memberikan kehidupan kepada burung yang dibuat dari tanah liat.
3. Menyembuhkan orang yang sakit Lepra.
4. Menyembuhkan orang buta.
5. Membangkitkan orang mati.
6. Meminta makanan dari surga atas permintaan murid-muridnya.

Melihat banyak hal yang luar biasa telah dilakukan oleh Nabi Isa as, Bani Israil kemudian menyangka bahwa Nabi Isa as adalah Tuhan. Namun, Nabi Isa as mengelak mengakui dirinya adalah Tuhan. Ia menegaskan bahwa dirinya hanyalah utusan Allah SWT. Sedangkan yang wajib disembah hanya Allah SWT.

Nabi Isa as Tunduk Pada Allah SWT.
Penolakan Nabi Isa as ini diabadikan dalam Al Qur'an Surat Al Maidah ayat 116-117.

وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلامُ الْغُيُوبِ

Artinya:
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, Adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). jika aku pernah mengatakan Maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara yang ghaib-ghaib".
(QS. Al-Maidah: 116).

Begitu Nabi Isa as ditanya oleh Allah SWT,
"Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?"
Kontan saja Nabi Isa bersujud, badannya gemetar dan tulang-tulangnya berbunyi seperti akan retak.

Dengan tegas Nabi Isa as kemudian menjawab,
"Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). jika aku pernah mengatakan Maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara yang ghaib-ghaib".

Nabi Isa as kemudian menegaskan sebagaimana dalam Al Qur'an berikut ini.

مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ

Artinya:
"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya Yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan Aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu."
(QS. Al-Maidah: 117).

sumber : http://kisahislamiah.blogspot.com/2011/12/nabi-isa-menolak-disebut-tuhan.html

Senin, 18 Februari 2013

Silsilah / salasilah nabi Muhammad S.A.W dari nabi Adam A.S

Silsilah / salasilah nabi Muhammad S.A.W dari nabi Adam A.S




Alhamdulillah, semoga Allah S.W.T. memberikan berkah dan karunianya bagi para nabi dan rosul, dan semoga semakin banyak kawan2 kita yang mendapatkan hidayah, amin yaa Raab

sumber : http://syawhy.wordpress.com/2010/04/19/silsilahnabimuhammad/

Bacaan Sholat Fardhu 5 Waktu

Bacaan Sholat Fardhu 5 Waktu

Sub Page ini Saya buat untuk rekan2 yang ingin memperdalam Sholat Fardhu dengan meyakini dimana Sholat merupakan sebuah Media (ritual) berkomunikasi antara Mahluk dengan Sang Pencipta Allah Swt. dan dikhususkan juga bagi rekan2 yang mualaf.
Sehingga Sholat terdeskripsi tidak hanya dengan menbunyikan Surah atau pun Doa, akan tetapi dengan mengerti, meyakini, berkomunikasi memohon penuh dengan kekhusyukan kepada Tuhan YME
Semoga posting ini dapat mengantarkan kita semua ke dalam Ridho Allah Swt. dan lebih serta kurangnya saya mohonkan bimbingan bantuan dari saudara2 sekalian terimakasih.
Maaf bila sub page ini dengan tidak mengurangi rasa hormat saya tidak sisipkan “baca selanjutnya / more tag”

DOA IFTITAH

ALLAAHU AKBARU KABIIRAA WAL HAMDU LILLAAHI KATSIIRAA WASUBHAANALLAAHI BUKRATAW WAASHIILAA.
Allah Maha Besar, Maha Sempurna Kebesaran-Nya. Segala Puji Bagi Allah, Pujian Yang Sebanyak-Banyaknya. Dan Maha Suci Allah Sepanjang Pagi Dan Petang.

INNII WAJJAHTU WAJHIYA LILLADZII FATHARAS SAMAAWAATI WAL ARDHA HANIIFAM MUSLIMAW WAMAA ANA MINAL MUSYRIKIIN.
Kuhadapkan Wajahku Kepada Zat Yang Telah Menciptakan Langit Dan Bumi Dengan Penuh Ketulusan Dan Kepasrahan Dan Aku Bukanlah Termasuk Orang-Orang Yang Musyrik.

INNA SHALAATII WANUSUKII WAMAHYAAYA WAMAMAATII LILLAAHIRABBIL ‘AALAMIIN.
Sesungguhnya Sahalatku, Ibadahku, Hidupku Dan Matiku Semuanya Untuk Allah, Penguasa Alam Semesta.

LAA SYARIIKA LAHUU WA BIDZAALIKA UMIRTU WA ANA MINAL MUSLIMIIN.
Tidak Ada Sekutu Bagi-Nya Dan Dengan Demikianlah Aku Diperintahkan Dan Aku Termasuk Orang-Orang Islam.

AL-FATIHAH

BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM.
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

AL HAMDU LILLAAHI RABBIL ‘AALAMIIN.
Segala Puji Bagi Allah, Tuhan Semesta Alam.

ARRAHMAANIR RAHIIM.
Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

MAALIKIYAUMIDDIIN.
Penguasa Hari Pembalasan.

IYYAAKA NA’BUDU WAIYYAAKA NASTA’IINU.
Hanya Kepada-Mu lah Aku Menyembah Dan Hanya Kepada-Mu lah Aku Memohon Pertolongan.

IHDINASH SHIRAATHAL MUSTAQIIM.
Tunjukilah Kami Jalan Yang Lurus.

SHIRAATHAL LADZIINA AN’AMTA ‘ALAIHIM GHAIRIL MAGHDHUUBI ‘ALAIHIM WALADHDHAALLIIN. AAMIIN.
Yaitu Jalannya Orang-Orang Yang Telah Kau Berikan Nikmat, Bukan Jalannya Orang-Orang Yang Kau Murkai Dan Bukan Pula Jalannya Orang-Orang Yang Sesat.

R U K U’

SUBHAANA RABBIYAL ‘ADZIIMI WA BIHAMDIH. – 3 x
Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung Dan Dengan Memuji-Nya.

I’TIDAL

SAMI’ALLAAHU LIMAN HAMIDAH.
Semoga Allah Mendengar ( Menerima ) Pujian Orang Yang Memuji-Nya ( Dan Membalasnya ).

RABBANAA LAKAL HAMDU MIL’US SAMAAWATI WA MIL ‘ULARDHI WA MIL ‘UMAASYI’TA MIN SYAI’IN BA’DU.
Wahai Tuhan Kami ! Hanya Untuk-Mu lah Segala Puji, Sepenuh Langit Dan Bumi Dan Sepenuh Barang Yang Kau Kehendaki Sesudahnya.

SUJUD
SUBHAANA RABBIYAL A‘LAA WA BIHAMDIH. – 3 x
Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi Dan Dengan Memuji-Nya.

DUDUK DIANTARA DUA SUJUD
RABBIGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WARFA’NII WARZUQNII WAHDINII WA’AAFINII WA’FU ‘ANNII.
Ya Tuhanku ! Ampunilah Aku, Kasihanilah Aku, Cukupkanlah ( Kekurangan )-Ku, Angkatlah ( Derajat )-Ku, Berilah Aku Rezki, Berilah Aku Petunjuk, Berilah Aku Kesehatan Dan Maafkanlah ( Kesalahan )-Ku.

TASYAHUD AWAL
ATTAHIYYAATUL MUBAARAKAATUSH SHALAWATUTH THAYYIBAATU LILLAAH.
Segala Kehormatan, Keberkahan, Rahmat Dan Kebaikan Adalah Milik Allah.

ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH.
Semoga Keselamatan, Rahmat Allah Dan Berkah-Nya ( Tetap Tercurahkan ) Atas Mu, Wahai Nabi.

ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBADADILLAAHISH SHAALIHIIN.
Semoga Keselamatan ( Tetap Terlimpahkan ) Atas Kami Dan Atas Hamba-Hamba Allah Yang Saleh.

ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH. WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAAH.
Aku Bersaksi Bahwa Tidak Ada Tuhan Selain Allah. Dan Aku Bersaksi Bahwa Muhammad Adalah Utusan Allah.

ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD.
Wahai Allah ! Limpahkanlah Rahmat Kepada Penghulu Kami, Nabi Muhammad !.

TASYAHUD AKHIR

ATTAHIYYAATUL MUBAARAKAATUSH SHALAWATUTH THAYYIBAATU LILLAAH.
Segala Kehormatan, Keberkahan, Rahmat Dan Kebaikan Adalah Milik Allah.

ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH.
Semoga Keselamatan, Rahmat Allah Dan Berkah-Nya ( Tetap Tercurahkan ) Atas Mu, Wahai Nabi.

ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBADADILLAAHISH SHAALIHIIN.
Semoga Keselamatan ( Tetap Terlimpahkan ) Atas Kami Dan Atas Hamba-Hamba Allah Yang Saleh.

ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH. WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAAH.
Aku Bersaksi Bahwa Tidak Ada Tuhan Selain Allah. Dan Aku Bersaksi Bahwa Muhammad Adalah Utusan Allah.

ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD ( tasyahud awal ) WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD.
Wahai Allah ! Limpahkanlah Rahmat Kepada Penghulu Kami, Nabi Muhammad Dan Kepada Keluarga Penghulu Kami Nabi Muhammad.

KAMAA SHALLAITAA ‘ALAA SAYYIDINAA IBRAAHIIM WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA IBRAAHIIM.
Sebagaimana Telah Engkau Limpahkan Rahmat Kepada Penghulu Kami, Nabi Ibrahim Dan Kepada Keluarganya.
WA BAARIK ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD.
Dan Limpahkanlah Berkah Kepada Penghulu Kami, Nabi Muhammad Dan Kepada Keluarganya.

KAMAA BAARAKTA ‘ALAA SAYYIDINAA IBRAAHIIM WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA IBRAAHIIM.
Sebagaimana Telah Engkau Limpahkan Berkah Kepada Penghulu Kami, Nabi Ibrahim Dan Kepada Keluarganya.

FIL ‘AALAMIINA INNAKA HAMIIDUMMAJIID. YAA MUQALLIBAL QULUUB. TSABBIT QALBII ‘ALAA DIINIK.
Sungguh Di Alam Semesta Ini, Engkau Maha Terpuji Lagi Maha Mulia. Wahai Zat Yang Menggerakkan Hati. Tetapkanlah Hatiku Pada Agama-Mu.


sumber : http://syawhy.wordpress.com/religious-stuff/bacaan-sholat/

Siapa Nama & Nasab “Al-Imam Al-Mahdi”? Sejarah Imam mahdi, Ciri Fisik Imam Mahdi, Waktu & Asal kemunculan/kedatangan Imam Mahdi

Mengenal Al-Imam Al-Mahdi

(ditulis oleh: Al-Ustadz Qomar, ZA)

Syariat sejatinya telah gamblang menjelaskan definisi dan menyuguhkan gambaran akan sosok Al-Imam Al-Mahdi. Namun bersemainya penyimpangan tak pelak menjadikan gambaran Al-Imam Al-Mahdi itu menjadi kabur.
Beriman akan Munculnya

Telah menjadi kewajiban setiap muslim untuk mengimani segala yang diberitakan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di mana ini menjadi konsekuensi persaksian kita: “Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.” Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya 
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَيُؤْمِنُوا بِي وَبِمَا جِئْتُ بِهِ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّهَا وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ
Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada sesembahan yang benar melainkan Allah dan agar mereka beriman kepada apa yang kubawa. Bila mereka melakukan itu maka mereka telah melindungi darah dan harta mereka dariku kecuali dengan haknya. Adapun perhitungannya diserahkan kepada Allah.” (Shahih, HR. Muslim, Kitabul Iman 

Bab Al-Amru bi Qitalin Nas Hatta.)
Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah tegaskan:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (Al-Hasyr: 7)
Ini menunjukkan wajibnya beriman dengan segala yang diberitakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik berita yang terkait dengan apa yang telah lalu atau yang akan datang. Termasuk di antaranya adalah akan munculnya Al-Imam Al-Mahdi.

Berita akan munculnya sosok penegak sunnah nan adil itu telah disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam banyak hadits. Bahkan tak sedikit dari para ulama yang menyatakan bahwa haditsnya mencapai derajat mutawatir secara makna, sehingga tiada lagi celah bagi siapapun untuk mengingkarinya. Di antara ulama yang menyatakan kemutawatiran hadits-haditsnya adalah Abul Hasan Muhammad bin Husain As-Sijzi (wafat 363 H), Muhammad Al-Barzanji (wafat 1103 H), As-Safarini, As-Sakhawi, Asy-Syaukani, Shiddiq Hasan Khan, Al-Kattani, dan lain-lain rahimahumullah.

Dan para ulama yang menyebutkan keshahihan hadits tentang Al-Mahdi sangat banyak, dari kalangan ulama terdahulu maupun belakangan. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu telah menyebutkan sebagian nama mereka, di antaranya 16 ulama yang saya sebutkan sebagiannya: Abu Dawud, Al-Qurthubi, Ibnu Taimiyyah, Adz-Dzahabi, Ibnul Qayyim, dan Ibnu Hajar rahimahumullah.
Sehingga ini menjadi salah satu akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. As-Safarini mengatakan: “Telah banyak riwayat yang menyebutkan akan munculnya Al-Mahdi sehingga mencapai derajat mutawatir secara makna. Dan itu telah tersebar di kalangan Ahlus Sunnah sehingga teranggap sebagai aqidah mereka….” –beliau menyebut hadits, atsar serta nama para sahabat yang meriwayatkannya, lalu beliau berkata– “Dan telah diriwayatkan dari para sahabat yang disebutkan dan selain mereka dengan riwayat yang banyak, juga dari para tabi’in setelah mereka, yang dengan semua itu memberi faedah ilmu yang pasti. Maka mengimani munculnya Mahdi adalah wajib sebagaimana telah ditetapkan oleh para ulama dan tertulis dalam akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. (Lawami’ul Anwar Al-Bahiyyah, 2/84)

Beberapa Hadits tentang Al-Imam Al-Mahdi
1. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ – قَالَ زَائِدَةُ فِي حَدِيْثِهِ – لَطَوَّلَ اللهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيْهِ رَجُلاً مِنِّي – أَوْ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي – يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي وَاسْمُ أَبِيهِ اسْمَ أَبِي، يَمْلَأُ اْلأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا
Bila tidak tersisa dari dunia kecuali satu hari –Za`idah (salah seorang rawi) mengatakan dalam haditsnya– tentu Allah akan panjangkan hari tersebut, sehingga Allah utus padanya seorang lelaki dariku –atau dari keluargaku–. Namanya sesuai dengan namaku, dan nama ayahnya seperti nama ayahku. Ia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya telah dipenuhi dengan kedzaliman dan keculasan.” (Hasan Shahih, HR. Abu Dawud, Shahih Sunan no. 4282; sanadnya jayyid menurut Ibnul Qayyim rahimahullahu dalam Al-Manarul Munif; At-Tirmidzi no. 2230, 2231; Ibnu Hibban no. 6824, 6825)

2. Dari ‘Ali (bin Abi Thalib) radhiyallahu ‘anhudari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia mengatakan:
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنْ الدَّهْرِ إِلاَّ يَوْمٌ لَبَعَثَ اللهُ رَجُلاً مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يَمْلَؤُهَا عَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا
Bila tidak tersisa dari masa ini kecuali satu hari, tentu Allah akan munculkan seorang lelaki dari ahli baitku (keluargaku) yang akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana (sebelumnya) telah dipenuhi dengan kecurangan.” (Shahih, HR. Abu Dawud no. 4283 Kitab Al-Mahdi dan ini adalah lafadznya, Ibnu Majah no. 4085, Kitabul Fitan Bab Khurujul Mahdi)

3. Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia mengatakan: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْمَهْدِيُّ مِنْ عِتْرَتِي مِنْ وَلَدِ فَاطِمَةَ
Al-Mahdi dari keluargaku dari putra Fathimah.” (Shahih, HR. Abu Dawud dan ini lafadznya, Shahih Sunan no. 4284, Ibnu Majah no. 4086, dan Al-Hakim no. 8735, 8736)

4. Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
الْمَهْدِيُّ مِنِّي، أَجْلَى الْجَبْهَةِ أَقْنَى اْلأَنْفِ، يَمْلَأُ اْلأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا يَمْلِكُ سَبْعَ سِنِيْنَ
Al-Mahdi dariku, dahinya lebar, hidungnya mancung, memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana (sebelumnya) telah dipenuhi dengan kedzaliman, berkuasa selama 7 tahun.” (Hasan, HR. Abu Dawud no. 4285 dan ini lafadznya, Ibnu Majah no. 4083, At-Tirmidzi, Kitabul Fitan Bab Ma Ja`a Fil Mahdi no. 2232, Ibnu Hibban no. 6823, 6826 dan Al-Hakim no. 8733, 8734, 8737)

5. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ ابْنُ مَرْيَمَ فِيْكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ؟
Bagaimana dengan kalian jika turun kepada kalian putra Maryam, sementara imam kalian dari kalian?” (Shahih, HR. Al-Bukhari, Kitab Ahaditsul Anbiya` Bab Nuzul ‘Isa ibni Maryam, no. 3449; Muslim dalam Kitabul Iman Bab Fi Nuzul Ibni Maryam, 2/369, 390)

6. Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُوْنَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. قَالَ: فَيَنْزِلُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمْ: تَعَالَ صَلِّ لَنَا، فَيَقُوْلُ: لاَ، إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمَرَاءُ تَكْرِمَةَ اللهِ هَذِهِ اْلأُمَّةَ
Masih tetap sekelompok dari umatku berperang di atas kebenaran. Mereka unggul sampai hari kiamat, lalu turun ‘Isa putra Maryam. Maka pemimpin mereka mengatakan: ‘Kemari, jadilah imam kami.’ Ia menjawab: ‘Tidak, sebagian kalian adalah pemimpin atas sebagian yang lain, sebagai kemuliaan dari Allah untuk umat ini’.” (Shahih, HR. Muslim dalam Kitabul Iman Bab La Tazal Tha`ifah min Ummati, 2/370, no. 393)

Hadits-hadits yang terdapat dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim ini menunjukkan dua hal:
Pertama: Ketika turunnya ‘Isa bin Maryam dari langit, yang memegang kepemimpinan muslimin ketika itu adalah seorang dari mereka.
Kedua: Keberadaan pemimpin mereka untuk shalat, lalu ia mengimami muslimin, serta permintaannya kepada Nabi ‘Isa ‘alaihissalam saat turunnya untuk mengimami mereka. Ini semua menunjukkan keshalihan pemimpin tersebut dan bahwa ia berada di atas petunjuk.

Dan (dalam hadits) itu walaupun tidak ada penegasan dengan lafadz Al-Mahdi, tetapi menunjukkan sifat orang yang shalih yang mengimami muslimin di waktu itu. Dan terdapat hadits-hadits dalam kitab-kitab Sunan maupun Musnad serta lainnya, yang menerangkan bahwa hadits-hadits yang ada dalam dua kitab shahih itu menunjukkan bahwa orang shalih tersebut bernama Muhammad bin Abdullah dari keturunan Al-Hasan bin ‘Ali, yang disebut dengan Al-Mahdi. Dan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam itu sebagiannya menerangkan sebagian yang lain. Di antara hadits yang menunjukkan hal itu adalah hadits yang diriwayatktan oleh Al-Harits ibnu Abi Usamah dalam Musnad-nya dengan sanadnya dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَنْزِلُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمُ الْمَهْدِيُّ: تَعَالَ، صَلِّ بِنَا. فَيَقُوْلُ: لاَ، إِنَّ بَعْضَهُمْ أَمِيْرُ بَعْضٍ، تَكْرِمَةُ اللهِ لِهَذِهِ اْلأُمَّةِ
Isa putra Maryam turun, lalu pemimpin mereka Al-Mahdi mengatakan: ‘Imamilah kami’. Ia menjawab: ‘Sesungguhnya sebagian mereka pemimpin bagi sebagian yang lain, sebagai kemuliaan dari Allah untuk umat ini’.”
Hadits ini dikatakan oleh Ibnul Qayyim rahimahullahu dalam kitabnya Al-Manarul Munif: “Sanadnya bagus.” (Abdul Muhsin Al-‘Abbad, ‘Aqidatu Ahlil Atsar. Lihat pula Ash-Shahihah, no. 2236)

Nama Al-Imam Al-Mahdi dan Nasabnya


Nama beliau adalah Muhammad atau Ahmad bin Abdullah. Seperti dalam hadits yang lalu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan: “Namanya sesuai dengan namaku, dan nama ayahnya sesuai dengan nama ayahku.”

Dia dari keturunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di mana disebutkan dalam riwayat: “Dari ahli baitku.” (HR. Abu Dawud, no. 4282 dan 4283). Dalam riwayat lain: “Dari keluarga terdekatku (‘itrah-ku).” (HR. Abu Dawud, no. 4284). Dalam riwayat lain: “Dariku.” (HR. Abu Dawud no. 4285) dari jalur perkawinan ‘Ali bin Abu Thalib dan Fathimah bintu Rasulillah. Sebagaimana dalam hadits yang lalu dikatakan: “Seseorang dari keluargaku” dan “dari anak keturunan Fathimah.” (HR. Abu Dawud no. 4284)
Oleh karenanya, Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “Dia adalah Muhammad bin Abdillah Al-‘Alawi (keturunan Ali) Al-Fathimi (keturunan Fathimah) Al-Hasani (keturunan Al-Hasan). Allah Subhanahu wa Ta’ala memperbaikinya dalam satu malam yakni memberinya taubat, taufik, memberinya pemahaman serta bimbingan padahal sebelumnya tidak seperti itu.” (An-Nihayah fil Malahim wal Fitan, 1/17, Program Maktabah Syamilah)

Sifat Fisiknya


Di antara sifat fisiknya adalah sebagaimana disebutkan dalam riwayat Abu Dawud (no. 4285) dan yang lain:
أَجْلَى الْجَبْهَةِ Artinya, “Tersingkap rambutnya dari arah kepala bagian depan,” atau “Dahinya lebar.”
أَقْنَى اْلأَنْفِ “Hidungnya mancung, ujungnya tajam, bagian tengahnya agak naik.”
Al-Qari mengatakan: “Maksudnya, beliau tidak pesek, karena yang demikian adalah bentuk yang tidak disukai.”

Menebar Keadilan

Di antara sifat Al-Mahdi adalah bahwa ia menebar keadilan dan melenyapkan kedzaliman serta keculasan. Sebagaimana tersebut dalam hadits: “Memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezhaliman.” (HR. Abu Dawud no. 4282, 4283, 4285)

Sehingga disebutkan dalam hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah bersabda:
يَكُوْنُ فِي أُمَّتِي الْمَهْدِيُّ إِنْ قَصَرَ فَسَبْعٌ وَإِلاَّ فَتِسْعٌ فَتَنْعَمُ فِيْهِ أُمَّتِي نِعْمَةً لَمْ يَنْعَمُوا مِثْلَهَا قَطُّ تُؤْتَى أُكُلَهَا وَلاَ تَدَّخِرُ مِنْهُمْ شَيْئًا وَالْمَالُ يَوْمَئِذٍ كُدُوْسٌ فَيَقُوْمُ الرَّجُلُ فَيَقُوْلُ: يَا مَهْدِيُّ أَعْطِنِي. فَيَقُولُ: خُذْ
Akan datang pada umatku Al-Mahdi bila masanya pendek maka tujuh tahun, kalau tidak maka 9 tahun. Maka umatku pada masa itu diberi kenikmatan dengan kenikmatan yang tidak pernah mereka rasakan yang semacam itu sama sekali. Mereka diberi rizki yang luas. Mereka tidak menyimpan sesuatu pun. Harta saat itu berlimpah sehingga seseorang bangkit dan mengatakan: ‘Wahai Mahdi, berilah aku.’ Diapun menjawab: ‘Ambillah’.” (Hasan, HR. Ibnu Majah no. 4083,
 Kitabul Fitan Bab Khurujul Mahdi, 4/412, dan Al-Hakim no. 8739. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu menghasankannya)

Dalam riwayat At-Tirmidzi disebutkan:
فَيَجِيْءُ إِلَيْهِ رَجُلٌ فَيَقُوْلُ: يَا مَهْدِيُّ، أَعْطِنِي، أَعْطِنِي. قَالَ: فَيَحْثِي لَهُ فِي ثَوْبِهِ مَا اسْتَطَاعَ أَنْ يَحْمِلَهُ
Sehingga datang kepadanya seseorang seraya mengatakan: ‘Wahai Mahdi, berilah aku, berilah aku.’ Nabi mengatakan: “Maka Mahdi menuangkan untuknya di pakaiannya sampai ia tidak dapat membawanya.”

Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “Di masanya, buah-buahan banyak. Tanam-tanaman lebat, harta benda melimpah. Penguasa benar-benar berkuasa, agama menjadi tegak, musuh menjadi hina, kebaikan terwujud di masanya terus-menerus.” (An-Nihayah Fil-Malahim 1/18, Program Maktabah Syamilah)

Dalam riwayat Al-Hakim, disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَخْرُجُ فِيْ آخِرِ أُمَّتِي الْمَهْدِيُّ يُسْقِيْهِ اللهُ الْغَيْثَ، وَتُخْرِجُ اْلأَرْضُ نَبَاتَهَا، وَيُعْطِي الْمَالَ صِحَاحًا، وَتَكْثُرُ الْمَاشِيَةُ وَتَعْظُمُ اْلأُمَّةُ، يَعِيْشُ سَبْعاً أَوْ ثَمَانِيًا – يَعْنِيْ حِجَجًا -
“Muncul di akhir umatku Al-Mahdi. Allah menyiramkan hujan, sehingga bumi mengeluarkan tanamannya. Ia membagi harta secara merata. Binatang ternak semakin banyak, umat pun menjadi besar. Ia hidup selama 7 atau 8 –yakni tahun–.” (HR. Al-Hakim, Kitabul Fitan wal Malahim no. 8737. Beliau mengatakannya sebagai hadits yang shahih sanadnya, dan disepakati oleh Adz-Dzahabi dan Ibnu Khaldun. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu mengatakan: “Sanadnya shahih.” Lihat Ash-Shahihah, 4/40, hadits no. 1529)

Waktu Munculnya

Dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan At-Tirmidzi disebutkan: “Ketahuilah, yang sudah dikenal di kalangan seluruh pemeluk Islam sepanjang masa bahwa di akhir zaman pasti muncul seorang dari ahlul bait (keluarga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) yang membela agama dan menebarkan keadilan, serta diikuti oleh muslimin. Ia juga menguasai kerajaan-kerajaan Islam. Ia dijuluki Al-Mahdi. Juga tentang keluarnya Dajjal serta tanda-tanda kiamat sesudahnya yang terdapat dalam kitab Shahih, muncul setelahnya. Dan bahwa kemunculan ‘Isa juga setelahnya, kemudian beliau membunuh Dajjal. Atau ‘Isa turun setelahnya lalu membantunya untuk membunuh Dajjal kemudian bermakmum kepada Mahdi dalam shalatnya.” (Kitabul Fitan Bab Ma Ja`a fil Mahdi)

At-Tirmidzi rahimahullahu meriwayatkan dari Zir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي
Dunia tidak akan lenyap hingga seorang dari keluargaku menguasai bangsa Arab. Namanya sesuai dengan namaku.” (HR. At-Tirmidzi no. 2230, Kitabul Fitan Bab Ma Ja`a fil Mahdi, 4/438 dan beliau mengatakan: “Hasan shahih.” Demikian pula yang dikatakan Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi)

Dari sini, berarti munculnya Al-Imam Al-Mahdi adalah di akhir zaman sekaligus mengawali tanda-tanda besar akan datangnya kiamat. Namun sebagian ulama sempat ragu, apakah Mahdi ini sebagai awal tanda yang besar atau tanda yang lain. Sebagian ulama menyatakan dengan yakin bahwa Mahdi sebagai tanda pertama, lalu berturut-turut datang tanda yang lain. Di antara yang menyebutkan dengan tegas yang demikian adalah Muhammad Al-Barzanji rahimahullahu (wafat 1103 H). Beliau mengatakan dalam bukunya Al-’Isya`ah li Asyrath As-Sa’ah: “Bab Ketiga, tanda-tanda besar dan tanda-tanda yang dekat, yang setelahnya tibalah hari kiamat, dan itu juga banyak. Di antaranya Al-Mahdi, dan itu yang pertama.” (dinukil dari ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Atsar fil Mahdi Al-Muntazhar)

Adapun Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “Munculnya, nanti di akhir zaman. Dan saya kira, keluarnya adalah sebelum turunnya ‘Isa bin Maryam, sebagaimana ditunjukkan oleh hadits-hadits yang berkaitan dengan hal itu.”
Masa Kekuasaannya
Terdapat dalam Sunan At-Tirmidzi:
إِنَّ فِي أُمَّتِي الْمَهْدِيَّ يَخْرُجُ يَعِيْشُ خَمْسًا أَوْ سَبْعًا أَوْ تِسْعًا -زَيْدٌ الشَّاكُّ- قَالَ: قُلْنَا: وَمَا ذَاكَ؟ قَال: سِنِيْنَ.
“Sesungguhnya pada umatku ada Al-Mahdi. Ia muncul, hidup (berkuasa) 5 atau 7 atau 9.” –Zaid (salah seorang rawi/periwayat) ragu–. Abu Sa’id mengatakan: “Apa itu?” Beliau menjawab: “Tahun.”
يَكُوْنُ فِي أُمَّتِي الْمَهْدِيُّ إِنْ قُصِرَ فَسَبْعٌ وَإِلاَّ فَتِسْعٌ
Akan datang pada umatku Al-Mahdi, bila masanya pendek maka 7 tahun, kalau tidak maka 9 tahun.” (HR. Ibnu Majah no. 4083)

Dengan perbedaan riwayat ini, maka Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: Ini menunjukkan bahwa paling lama masa tinggal (kekuasaan)-nya adalah 9 tahun, dan sedikitnya 5 atau 7 tahun.” (An-Nihayah Fil Malahim wal Fitan, 1/18, Program Maktabah Syamilah)
Sementara Al-Mubarakfuri mengatakan: “Yakni, keraguan itu berasal dari Zaid. Sementara dari shahabat Abu Sa’id dalam riwayat Abu Dawud: ‘dan menguasai selama 7 tahun’ tanpa keraguan. Demikian pula dalam hadits Ummu Salamah dalam riwayat Abu Dawud dengan lafadz ‘maka dia tinggal selama 7 tahun’ tanpa keraguan. Maka riwayat yang tegas lebih dikedepankan daripada yang ragu.” (Tuhfatul Ahwadzi, 6/15, Program Maktabah Syamilah)

Asal Munculnya

Riwayat-riwayat di atas menunjukkan bahwa munculnya dari arah timur atau Al-Masyriq. Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan:
Munculnya Mahdi dari negeri-negeri timur bukan dari gua Samarra, seperti disangka oleh orang-orang bodoh dari kalangan Syi’ah.” (An-Nihayah Fil Malafim wal Fitan, 1/17, Program Maktabah Syamilah)
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan:
بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ أَقْبَلَ فِتْيَةٌ مِنْ بَنِي هَاشِمٍ فَلَمَّا رَآهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اغْرَوْرَقَتْ عَيْنَاهُ وَتَغَيَّرَ لَوْنُهُ. قَالَ: فَقُلْتُ: مَا نَزَالُ نَرَى فِي وَجْهِكَ شَيْئًا نَكْرَهُهُ. فَقَالَ: إِنَّا أَهْلُ بَيْتٍ اخْتَارَ اللهُ لَنَا اْلآخِرَةَ عَلَى الدُّنْيَا، وَإِنَّ أَهْلَ بَيْتِي سَيَلْقَوْنَ بَعْدِي بَلاَءً وَتَشْرِيْدًا وَتَطْرِيْدًا حَتَّى يَأْتِيَ قَوْمٌ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ مَعَهُمْ رَايَاتٌ سُوْدٌ فَيَسْأَلُوْنَ الْخَيْرَ فَلاَ يُعْطَوْنَهُ فَيُقَاتِلُوْنَ فَيُنْصَرُوْنَ فَيُعْطَوْنَ مَا سَأَلُوا فَلاَ يَقْبَلُوْنَهُ حَتَّى يَدْفَعُوْهَا إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي فَيَمْلَؤُهَا قِسْطًا كَمَا مَلَئُوْهَا جَوْرًا، فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَلْيَأْتِهِمْ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ
Tatkala kami berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang sekelompok pemuda dari Bani Hasyim. Ketika Nabi melihat mereka, kedua mata beliau berlinang air mata dan berubahlah roman mukanya. Maka aku katakan: ‘Kami masih tetap melihat pada wajahmu sesuatu yang tidak kami sukai.’ Lalu beliau menjawab: ‘Kami ahlul bait. Allah telah pilihkan akhirat untuk kami daripada dunia. Dan sesungguhnya sepeninggalku, keluargaku akan menemui bencana-bencana dan pengusiran. Hingga datang sebuah kaum dari arah timur, bersama mereka ada bendera berwarna hitam1. Mereka meminta kebaikan namun mereka tidak diberi, lalu mereka memerangi dan mendapat pertolongan sehingga mereka diberi apa yang mereka minta, tetapi mereka tidak menerimanya. Hingga mereka menyerahkan kepemimpinan kepada seseorang dari keluargaku. Lalu ia memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana orang-orang memenuhinya dengan kezhaliman. Barangsiapa di antara kalian mendapatinya maka datangilah mereka, walaupun dengan merangkak di atas es’.” (HR. Ibnu Majah no. 4082, sanadnya hasan lighairihi menurut Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Adh-Dha’ifah, 1/197, pada pembahasan hadits no. 85)
As-Sindi mengatakan: “Yang nampak, kisah itu merupakan isyarat keadaan Al-Mahdi yang dijanjikan. Oleh karena itu, penulis (Ibnu Majah) menyebutkan hadits ini dalam bab ini (bab keluarnya Al-Mahdi).”

Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “Dan orang-orang dari timur mendukung (Al-Mahdi), menolongnya dan menegakkan agamanya, serta mengokohkannya. Bendera mereka berwarna hitam, dan itu merupakan pakaian yang memiliki kewibawaan, karena bendera Rasulullah berwarna hitam yang dinamai Al-Iqab.” (An-Nihayah fil Malahim, 1/17, Program Maktabah Syamilah)
Beliau juga mengatakan: Maksudnya, Al-Mahdi yang terpuji yang dijanjikan keluarnya di akhir zaman asal munculnya adalah dari arah timur, dan diba’iat di Ka’bah seperti yang disebutkan oleh nash hadits.” (idem, 1/17)

Tentang tempat bai’atnya telah diisyaratkan oleh hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seseorang dibai’at di antara rukun (Hajar Aswad) dan Maqam (Ibrahim).” (HR. Ibnu Hibban no. 6827, Ahmad, dan Al-Hakim; dan beliau menshahihkannya)

Proses Munculnya Al-Imam Al-Mahdi


Munculnya Al-Imam Al-Mahdi bukan bak sulap batil, yang seolah muncul tanpa sebab dan tiba-tiba. Namun munculnya tentu mengikuti sunnatullah pada alam ini, yakni melalui proses yang menuju ke arah sana.
Menjelaskan hal itu, Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu mengatakan: “…Nabi memberikan kabar gembira tentang akan datangnya seseorang dari keluarganya dan beliau menyebutkannya dengan sifat-sifat yang menonjol. Di antara yang sifat terpenting adalah bahwa beliau berhukum dengan Islam dan menebarkan keadilan di antara manusia.

Jadi, pada hakikatnya beliau termasuk para mujaddid yang Allah Subhanahu wa Ta’ala munculkan di penghujung tiap 100 tahun, sebagaimana telah shahih berita (tentang hal ini) dari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini (keberadaan mujaddid di tiap satu abad) juga bukan berarti tidak perlu berupaya mencari ilmu dan mengamalkannya untuk memperbarui agama. Sehingga, akan keluarnya Al-Mahdi tidaklah berarti bermalas-malasan karenanya, serta tidak bersiap atau beramal untuk menegakkan hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala di muka bumi. Bahkan sebaliknya (beramal) itulah yang benar, karena Al-Mahdi tidak mungkin upayanya lebih dari Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang selama 23 tahun berbuat untuk mengokohkan pilar-pilar Islam dan menegakkan negaranya.

Maka kira-kira apa yang akan dilakukan Al-Mahdi seandainya ia muncul dan mendapati kaum muslimin dalam kondisi terpecah, berkelompok-kelompok dan ulama mereka (muncul) –kecuali sedikit dari mereka– (karena) orang-orang telah menjadikan mereka sebagai para pemimpin. Tentu (Al-Mahdi) tidak akan dapat menegakkan negara Islam kecuali setelah mempersatukan kalimat mereka dan menyatukan mereka dalam satu barisan serta dalam satu bendera.

Dan ini –tanpa diragukan– membutuhkan waktu yang panjang, Allah Maha Tahu tentangnya. Syariat serta akal, keduanya mengharuskan agar orang-orang yang ikhlas dari kalangan muslimin menjalankan kewajiban ini. Sehingga manakala Al-Mahdi keluar, tiada kebutuhan kecuali tinggal menggiring mereka kepada kemenangan.

Kalaupun belum keluar, maka mereka pun telah melakukan kewajiban mereka dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهُ وَالْمُؤْمِنُوْنَ
Dan katakanlah: ‘Beramallah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat amalan kalian itu’.” (At-Taubah: 105) [Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, 4/42-43]
Wallahu a’lam.

Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “Bendera itu bukanlah yang dibawa Abu Muslim dari Khurasan yang kemudian menghancurkan dinasti Bani Umayyah pada tahun 132 H. Namun bendera hitam lain, yang datang mengiringi Al-Mahdi.” (An-Nihayah, 1/17)
Bukan pula pasukan Thaliban yang di Afghanistan, sebagaimana yang disebut dalam poster berjudul Huru-Hara Akhir Zaman karya Amin Muhammad Jamaludin yang laris itu. Selebaran itu sendiri sarat dengan berbagai ramalan dan takwil (baca: penyelewengan makna) hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang tanda-tanda hari kiamat. Hendaknya kaum muslimin tidak lekas terkesima dengan takwil semacam itu. Sebagaimana pula hal ini tidak berarti mengingkari hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang peristiwa akhir zaman.
Dikutip dari www.asysyariah.com Penulis : Al-Ustadz Qomar ZA, Lc. Judul: Mengenal Al-Imam Al-Mahdi

sumber : lihat